Transaksi pendapatan primer menjadi pemicu tingginya defisit neraca transaksi berjalan Indonesia pada semester I 2018. Berdasarkan data Bank Indonesia defisit transaksi pendapatan primer pada paruh pertama tahun ini mencapai US$ 16,06 miliar atau setara Rp 240,83 triliun dengan kurs Rp 15 ribu/dolar Amerika Serikat (AS). Jumlah tersebut terdiri dari defisit neraca transaksi pendapatan primer triwulan I sebesar US$ 7,9 miliar dan US$ 8,15 miliar pada triwulan II. Penyumbang defisit transaksi berjalan lainnya adalah transaksi jasa-jasa yang mencapai US$ 3,34 miliar atau sekitar Rp 50 triliun.
Tingginya pembayaran dividen dari hasil investasi pemodal asing serta utang luar negeri Indonesia yang jatuh tempo membuat neraca transaksi pendapatan primer cukup besar. Adapun defisit transaksi jasa-jasa dipicu oleh banyaknya jasa pengiriman barang yang menggunakan armada pelayaran asing. Selain itu, transaportasi penumpang ke luar negeri juga banyak yang menggunakan maskapai penerbangan asing.
Sementara transaksi barang dan transaksi pendapatan sekunder justru mencatat surplus masing-masing sebesar US$ US$ 2,6 miliar dan US$ 3,04 miliar. Alhasil, total defisit transaksi berjalan pada semester pertama tahun ini mencapai US$ 13,75 miliar atau sebesar 2,6% dari Produk Dometik Bruto nasional.