Beberapa metode pembayaran masih dalam proses aktivasi.
Proyeksi Neraca Gas Bumi Indonesia (2018-2027E)
:[/]
[bold]
:[/]
[bold]
:[/]
[bold]
:[/]
[bold]
Nama Data
Skenario 1
Skenario 2
Skenario 3
2018
437,86
134,85
-212,35
2019
1.144,49
465,59
93,61
2020
1.336,19
605,72
210,09
2021
1.957,49
996,82
671,32
2022
1.814,09
610,56
258,81
2023
1.790,02
501,3
121,83
2024
1.992,4
548,05
17,24
2025
1.488,86
-206,55
-1.072,29
2026
1.050,35
-673,98
-1.572,43
2027
2.103,42
-442,05
-1.374,95
A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akhirnya merililis neraca gas bumi Indonesia 2018-2027 pada 1 Oktober 2018. Dengan menggunakan skenario 1, neraca gas bumi nasional pada 2018-2027 selalu mengalami surplus. Dengan asumsi kebutuhan gas dihitung berdasarkan pemanfaatan gas bumi dan tidak diperpanjangnya kontrak-kontrak ekspor jangka panjang.
Sementara dengan skenario 2, Indonesia mengalami surplus gas pada 2018-2024. Namun, mengalami defisit sejak 2025-2027 dampak dari asumsi kebutuhan gas sektor listrik sesuai Rencana Usaha Penyediaan Listrik (RUPTL) 2018-2027. Penyebab defisit lainnya adalah penambahan industri retail sebesar 5,5%. Kemudian pelaksanaan proyek kilang, pembangunan pabrik baru petrokimia dan pupuk sesuai jadwal. Defisit gas pada 2025 diperkirakan mencapai 206,5 mmscfd seperti terlihat pada grafik di bawah ini.
>
Dengan menggunakan skenario 3, neraca gas bumi Indonesia juga akan mengalami defisit sejak 2025-2027. Pada 2025, defisit neraca gas sebesar 1.072 mmscfd dan akan meningkat menjadi 1.572,43 mmscfd pada 2026, tapi turun menjadi 1.374,95 mmscfd pada 2027. Dalam skenario 2 dan 3 belum memperhitungkan produksi gas dari Blok Masela dan East Natuna. Karena kedua blok tersebut baru diperkirakan baru berproduksi pada 2027.