Riset Boston Consulting Group (BCG) pada 2017 menyebut tingkat partisipasi perempuan dalam pendidikan tinggi sudah berada dalam angka yang cukup memuaskan. Pada beberapa negara di ASEAN, misalnya Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Vietnam, tingkat partisipasinya sudah mencapai 50% . Dapat diartikan bahwa dalam hal edukasi, keempat negara sudah mencapai kesetaraan partisipasi antara perempuan dan laki-laki. Sayangnya, ketika beranjak ke dunia kerja ataupun industri, kondisi tersebut tidak dapat dipertahankan.
Contohnya Indonesia, yang dibandingkan dengan ketiga negara lainnya, memiliki angka partisipasi tenaga kerja perempuan secara umum terendah (38%). Angka partisipasi tenaga kerja perempuan Malaysia merupakan yang paling tinggi, mencapai 54%. Vietnam menyusul dengan 48% dan kemudian Singapura dengan 44%.
Masih mengacu pada riset BCG, angka partisipasi perempuan tersebut kemudian menurun dalam parameter senior managemen dan level direksi. Khususnya untuk level direksi, yang mayoritas angkanya berada di bawah 20%. Hanya Vietnam yang berhasil memiliki perwakilan perempuan, dengan kata lain, satu dari empat direksi di Vietnam adalah perempuan atau angka partisipasi sebesar 25%.
Meninjau laporan lebih jauh, BCG melakukan survey persepsi kepada pekerja laki-laki di empat negara ASEAN tersebut. Yang dapat dijadikan catatan adalah pekerja laki-laki Vietnam merasa belum cukup melakukan sesuatu untuk mendukung kesetaraan di tempat kerja, berbeda dengan ketiga negara lainnya. Bisa jadi, persepsi dan sikap pekerja laki-laki dalam hal kesetaraan tempat kerja menjadi salah satu faktor yang menentukan hasil, mengingat dunia kerja – khususnya level manajemen ke atas, didominasi oleh laki-laki.
Indonesia dapat mengejar terwujudnya kesetaraan di tempat kerja terutama untuk mencapai level senior dan direksi. Menurut laporan BCG ada beberapa cara untuk mewujudkan itu antara lain dengan mengkaji ulang strategi dalam mempromosikan kesetaraan dan melakukan tindakan lebih dari sekedar membuat peraturan dan intervensi kultural.
This article was produced in partnership with Investing in Women an initiative of the Australian Government that promotes women’s economic empowerment in South East Asia.