Menguatnya mata uang Negeri Paman Sam seiring naiknya suku bunga The Fed telah mendorong para investor memburu aset-aset dalam mata uang dolar Amerika Serikat (AS) dan melepas aset dalam mata uang yang dianggap berisiko. Imbasnya, mata uang negara-negara berkembang mengalami pelemahan sehingga memaksa bank sentral untuk menaikkan suku bunga acuannya agar tidak terjadi pelarian modal.
Hal ini seperti yang dilakukan bank sentral Argentina pada awal Mei 2018 yang menaikkan suku bunga acuannya 675 bps menjadi 40% untuk meredam pelemahan mata uang negera tersebut. Suku bunga tersebut merupakan yang terbesar dibanding bank sentral lainnya. Bank sentral lainnya yang memiliki suku bunga tertinggi di dunia adalah Suriname, yakni sebesar 25% di urutan kedua dan bank sentral Venezuela dengan suku bunga 20,81% di posisi ketiga.
Sebagai informasi, beberapa mata uang dunia mengalami pemelahan yang cukup parah terhadap dolar AS. Di antaranya Bolivar (Venezuela) nilai tukar mata uangnya sepanjang tahun ini (YTD) telah melemah hampir 100% terhadap dolar AS. Demikian pula lira (Turki) terdepresiasi 43% dan peso (Argentina) menyusut 36% terhadap dolar AS. Sementara nilai tukar rupiah hanya melemah sekitar 7% terhadap dolar AS.