Dalam lelang Surat Utang Negara (SUN) yang dilaksanakan pada 8 Mei 2018, pemerintah memutuskan untuk tidak menerima semua penawaran yang disampaikan oleh investor. Dari target indikatif Rp 17 triliun dan penawaran yang masuk mencapai Rp 7,18 triliun, tapi tidak ada yang dimenangkan. Dalam empat kali lelang terakhir, baik untuk SUN maupun Sukuk (Surat Berharga Syariah Negara/SBSN) penawaran lelang yang dimenangkan selalu di bawah target indikatif.
Tingginya imbal hasil (yield) yang diminta oleh peserta lelang membuat pemerintah gagal meraup dana dari masyarakat. Seperti terlihat pada surat utang seri FR0063 yang jatuh tempo pada 2023 ditawarkan dengan tingkat kupon 5,625%, tapi penawaran yield tertinggi mencapai 7,7%. Demikian pula seri FR0065 yang jatuh tempo pada 2033 ditawarkan dengan kupon 6,625% namun permintaan imbal hasil tertinggi mencapai 7,6%. Kemudian untuk seri FR0075 yang jatuh tempo pada 2038 ditawarkan dengan kupon 7,5%, tapi permintaan imbal hasil dari investor tertinggi mencapai 7,95%.
Adanya spekulasi bahwa bank sentral Amerika Serikat (The Fed) akan menaikkan suku bunga acuannya sebanyak tiga kali lagi hingga akhir tahun membuat dolar Amerika terapresiasi terhadap mata uang utama dunia. Imbasnya beberapa mata uang Asia termasuk rupiah melemah terhadap dolar Amerika. Pelemahan rupiah dan keluarnya dana asing dari pasar finansial domestik membuat para investor meminta yield yang tinggi dalam lelang SUN maupun Sukuk.