Nilai tukar rupiah di pasar spot pada pada perdagangan Kamis (1/3) sempat menembus Rp13.800/dolar Amerika Serikat (AS) akibat kekhawatiran pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga bank sentral AS (The Fed) di atas ekspektasi. Tren kenaikan dolar AS terhadap mata uang utama dunia langsung berimbas terhadap pergerakan rupiah sejak awal Januari 2018. Hingga hari ini, nilai tukar rupiah telah melemah 1,67% terhadap dolar AS dibanding posisi akhir tahun lalu.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (1/3) nilai tukar rupiah di pasar spot sempat ditransaksikan di level Rp 13.816/dolar AS pada awal perdagangan. Namun, kembali menguat ke posisi Rp 13.782/dolar AS di akhir sesi pertama. Bahkan untuk kontrak berjangka tiga bulan ke depan, nilai tukar rupiah telah berada di posisi 13.906/dolar AS. Ini mengindikasikan bahwa tren rupiah masih berpotensi melemah dalam jangka menengah.
Berdasarkan indikator teknikal Relative Strenght Index (RSI) 14 harian, nilai tukar dolar AS terhadap rupiah dalam jangka pendek sudah cukup mahal dan berpeluang menguat. Ini tercermin dari indeks RSI rupiah yang telah berada di level 73,29 dari skala 0-100. Adapaun di atas level 70 mengindikasikan jenuh beli sedangkan di bawah 30 mengindikasikan jenuh jual. Namun, untuk jangka menengah rupiah masih berpotensi melemah, sebab indeks RSI Rupiah 100 harian di level 57 yang merupakan area normal.