Nilai transaksi retail e-commerceTiongkok meningkat pesat dalam satu dekade terakhir. Menurut data McKiensey, nilai transaksi perdagangan elektronik di Negeri Tirai Bambu pada 2005 kurang dari 1 persen sementara Amerika Serikat mencapai 35 persen dari total e-commerce global saat itu sebesar US$ 495 miliar. Namun, pada 2016, nilai transaksi e-commerce Tiongkok telah meningkat menjadi 42,4 persen sedangkan e-commerce Amerika justru tergerus menjadi hanya 24,1 persen.
Nilai pembayaran melalui mobile payment di Tiongkok pada 2016 mencapai US$ 790 miliar atau 11 kali lebih besar dari Amerika yang hanya sebesar US$ 74 miliar. Tiongkok memiliki 34 persen dari 262 unicorn di seluruh dunia dengan nilai valuasi sebesar 43 persen dari total US$ 883 miliar.
Menurut Senior Fellow Mckinsey Global Institute Jeongmin Soeng ada tiga faktor yang menjadi pendorong pesatnya ekonomi digital di Negeri Panda tersebut. Pertama, cepatnya komersialisasi dalam skala besarnya pasar muda. Kedua, hadirnya raksaksa digital berkapitalisasi besar yang mampu membangun ekosistem secara digital seperti Alibaba, Baidu, dan Tencent. Ketiga, adalah pemerintah yang memberi ruang bagi pemain ekonomi digital bereksperimen sebelum diberlakukan peraturan resmi. Namun, Jeongmin mengingatkan bahwa pesatnya digitalisasi ekonomi dapat berdampak terjadinya disrupsi.