Angka ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia dalam tiga tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla mengalami penurunan. Ini terlihat dari koefisien Gini Ratio yang menunjukkan tren penurunan dalam tiga tahun terakhir, bahkan ketimpangan Indonesia masuk dalam tingkat rendah.
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa Gini Ratio pada Maret 2017 sebesar 0,393 dari skala 0-1. Capaian tersebut turun 0,001 poin dari posisi September 2016 dan juga turun 0,004 poin dari posisi Maret 2017. Pada September 2014, Gini Ratio masih sebesar 0,414 dan masuk dalam kategori ketimpangan sedang. Ekonomi yang tumbuh di kisaran lima persen, terciptanya lapangan kerja baru, kenaikan upah buruh menjadi salah satu pemicu turunnya ketimpangan pengeluaran penduduk.
Koefisien Gini merupakan salah satu metode untuk mengukur tingkat ketimpangan pengeluaran secara menyeluruh yang dikembangkan oleh ahli statistik Italia yang bernama Corrado Gini. Semakin kecil koefisein Gini Ratio maka semakin kecil ketimpangan pengeluaran. Bila sebaliknya, maka menunjukkan semakin besar ketimpangan. Koefisien Gini Ratio=0 menunjukkan distribusi pengeluaran merata sempurna. Gini Ratio lebih besar dari 0-0,4 artinya ketimpangan rendah, lebih besar dari 0,4-0,5 menunjukkan ketimpangan sedang. Lalu Gini Ratio di atas 0,5 namun kurang dari 1 menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan tinggi. Kemudian jika Gini Ratio=1 menunjukkan bahwa distribusi pengeluaran tidak merata sempurna atau dikuasai oleh satu pihak.
Revisi: Tulisan ini diperbarui dari judul awal 3 Tahun Jokowi-JK, Angka Ketimpangan Pendapatan Penduduk Turun.