Rencana Presiden AS Donald Trump akan memangkas pajak korporasi sebesar 15 persen serta masih adanya ruang kenaikan suku bunga bank sentral Amerika (The Fed) pada akhir tahun membuat Greenback (sebutan dolar) perkasa. Terapresiasinya dolar Amerika Serikat (AS) terhadap mata uang utama dunia membuat tiga mata uang utama Asia melemah sepanjang 2017 (Ytd), termasuk rupiah. Sementara dari faktor domestik, turunnya suku bunga acuan BI 7-day ke level terendahnya, yakni 4,25 persen menjadi pemicu terdepresiasinya rupiah.
Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (29/9) hingga pukul 10:03 WIB terdapat tiga mata uang Asia yang melemah terhadap dolar AS. Yaitu, peso Filipina melemah 2,5 persen sepanjang 2017, diikuti dolar Hong Kong 0,71 persen, dan rupiah 0,067 persen. Sementara bath Thailand mencatat penguatan tertinggi terhadap dolar AS. Pada transaksi Kamis (28/9) rupiah sempat ditransaksikan hingga menembus level 13.500 per dolar AS. Namun, pada perdagangan Jumat (29/9) mata uang lokal mampu berbalik menguat ke level Rp 13.482 per dolar AS.
Sementara indeks dolar AS pagi ini berada di level 93,2 yang merupakan level tertingginya dalam sebulan terakhir. Hal ini mengindikasikan bahwa rupiah masih berpotensi melemah seiring digdayanya dolar AS di pasar global. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS untuk kontrak satu bulan kedepan ditransaksikan di posisi Rp 13.493 per dolar AS dan untuk kontrak tiga bulan kedepan di level Rp 15.579 per dolar AS.