Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah pekan lalu menyerukan untuk memboikot produks Starbucks di Indonesia sebagai reaksi atas kebijakan CEO Starbucks, Howard Mark Schultz yang memberikan kesetaraan terhadap kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Padahal kedai kopi seperti starbucks dan sejenisnya sedang menjamur di Indonesia seiring dengan meningkatnya konsumsi kopi di Indonesia.
Data International Coffee Organization (ICO) menunjukkan bahwa konsumsi kopi Indonesia pada periode 2000-2016 mengalami tren kenaikan. Pada 2000, konsumsi kopi Indonesia baru mencapai 1,68 juta bags (bungkus) @60 kg, namun pada 2016 telah mencapai 4,6 juta bags @60 kg, atau melonjak lebih dari 174 persen. Bahkan sejak 2011, konsumsi kopi selalu mengalami pertumbuhan hingga 2016.
Indonesia merupakan salah satu negara terbesar penghasil dan pengekspor komoditas kopi dunia. Produksi kopi Indonesia mencapai 6,56 juta bags @60 kg, berada di peringkat empat dunia di bawah Brasil, Vietnam, Columbia. Sementara ekspor Indonesia sebesar 5,4 juta bags @60 kg dan berada di urutan lima di bawah Brasil, Vietnam, Columbia, dan Honduras.