Ekonomi Jakarta pada 2016 tumbuh 5,85 persen menjadi Rp 1,54 kuadriliun (menurut harga konstan) dari tahun sebelumnya, yaitu Rp 1,45 kuadriliun. Data Badan Pusat Statistik DKI mencatat bahwa pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha transportasi dan pergudangan sebesar Rp 11,24 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen konsumsi LNPRT (Lembaga Non Profit Melayani Rumah Tangga), yakni sebesar 11,67 persen.
Adapun perekonomian DKI atas dasar harga berlaku mencapai Rp 2,18 kuadriliun dengan produk domestik regional bruto (PDRB) perkapita sebesar Rp 207,99 juta atau setara US$ 15,55 ribu. Struktur perekonomian Ibu Kota Indonesia didominasi oleh tiga lapangan usaha utama. Pertama, perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor dengan kontribusi 16,49 persen; kemudian industri pengolahan dengan kontribusi 13,55 persen; dan konstruksi dengan kontribusi 12,88 persen.
Pertumbuhan ekonomi Jakarta selalu tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Pada 2016, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5,02 persen dari tahun sebelumnya. Pendapatan daerah yang sangat besar dengan wilayah yang kecil membuat ekonomi DKI tumbuh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional.