Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai tukar petani (NTP) gabungan mencapai level 122,78 pada Desember 2024, naik 1,23% dari bulan sebelumnya.
Kenaikan NTP gabungan tersebut dipicu oleh kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun biaya produksi dan penambahan barang modal.
NTP gabungan menunjukkan tren kanaikan dalam delapan bulan terakhir dan mencapai level tertingginya sepanjang tahun ini seperti terlihat pada grafik.
“Secara lebih rinci, indeks harga yang diterima petani (It) naik sebesar 1,83% ke level 149,5 pada Desember. Sementara indeks harga yang dibayar oleh petani (Ib) hanya naik 0,6% ke posisi 121,76,” tulis BPS dalam rilisnya, dikutip Kamis (2/1/2025).
Kenaikan NTP Desember dipengaruhi oleh naiknya NTP di seluruh sektor pertanian, yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 0,02%; subsektor tanaman hortikultura 5,26%. Kemudian, NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat naik 2,05%, subsektor peternakan 0,28%; dan subsektor perikanan sebesar 0,62%.
Adapun komoditas yang mempengaruhi kenaikan indeks harga yang diterima petani (It) adalah kelapa sawit, kakao/coklat biji, dan gabah. Sedangkan yang menghambat kenaikan It adalah salak, ketela pohon, dan petai.
(Baca: Kesejahteraan Petani Perkebunan Rakyat Naik Tertinggi per Oktober 2024)