Laporan Badan Pusat Statistik, Sistem Terintegrasi Neraca Lingkungan dan Ekonomi Indonesia 2019-2023, menghimpun stok fisik akhir tahun sumber daya kayu Indonesia.
Selama periode 2019-2023, volume stok kayu Indonesia terus menurun setiap tahunnya.
Tercatat pada 2019 ada 4,04 miliar meter kubik. Bobotnya turun 1,86% menjadi 3,96 miliar meter kubik pada 2020.
Volumenya kemudian turun lagi hingga 2,15% pada 2021 menjadi 3,88 miliar meter kubik.
Penurunan terjadi lagi pada 2022 sebesar 1,13% menjadi 3,83 miliar meter kubik.
Data terakhir pada 2023, volumenya merosot 4,75% menjadi 3,65 miliar meter kubik. Ini menjadi penurunan stok tertinggi selama lima tahun terakhir.
Namun, stok fisik yang berkurang ini kontras dengan nilai moneter yang dihasilkan. BPS mencatat, nilai moneter pada 2023 mencapai Rp1.410,98 triliun, menjadi yang tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Data sumber daya kayu ini diolah BPS dari internal, Perum Perhutani, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), hingga Kementerian Keuangan.
(Baca juga: Ini Beda Pengurangan dan Penambahan Neraca Kayu Indonesia sejak 2019)