Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga acuan nikel Indonesia sebesar US$18.823,86 per dry metric tonne (dmt) pada Juli 2024.
Angka itu turun tipis 0,72% dari Juni 2024 yang sebesar US$18.962,11 per dmt.
Harga acuan Juli 2024 naik sekitar 15% dari tahun awal kalender (year-to-date/ytd) yang sebesar US$16.368,86 per dmt pada Januari 2024.
Harga acuan ini ditetapkan melalui Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI (Kepmen ESDM) Nomor 166.K/MB.03/MEM.B/2024 tentang Harga Mineral Logam Acuan dan Harga Batu Bara Acuan untuk Bulan Juli Tahun 2024, pada 19 Juli 2024.
Potensi tekanan harga nikel
Melansir Katadata, Asosiasi Penambang Nikel Indonesia atau APNI menyatakan harga nikel dunia makin memburuk akibat pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada awal pekan ini, Senin (22/7).
Trump berkomitmen untuk mencabut aturan wajib kendaraan listrik jika kembali terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat pada pemilu November mendatang. Hal tersebut ia sampaikan saat menerima nominasi sebagai calon presiden dari Partai Republik pekan lalu, Kamis (18/7).
"Beliau menyampaikan akan mendukung industri otomotif nasional karena tidak mungkin dimatikan. Ini pasti akan berdampak ke harga nikel dunia lagi," kata Sekretaris Umum APNI Meidy Katrin Lengkey di Kantor Kementerian Keuangan, Senin (22/7).
Berdasarkan data Trading Economics, harga nikel dunia masuk tren turun setelah 8 Juli 2024 sekitar US$17.400 per ton. Dengan kata lain, harga nikel telah merosot US$1.150 per ton atau 6,6% dalam dua pekan terakhir.
Meidy mengaku tidak dapat memprediksi pergerakan harga nikel jika Trump terpilih. Di samping itu, Meidy mengatakan nikel merupakan komoditas yang dapat mengalami ledakan harga komoditas seperti pada 2022.
"Kami bisa cari pasar lain, seperti negara-negara di Eropa dan Asia. Semoga jika Trump kembali terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat tidak berdampak parah terhadap pertambangan nasional," katanya.
(Baca juga: Harga Acuan Nikel Indonesia Naik 8,52% pada Juni 2024)