Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) memperkirakan permintaan impor minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO) global akan mencapai 50,6 juta ton untuk periode November 2021-Oktober 2022.
Angka tersebut meningkat sebesar 6,3% dibanding periode November 2020-Oktober 2021.
Permintaan CPO terbesar diproyeksikan berasal dari India, yakni mencapai 8,6 juta ton untuk periode 2021/2022. Jumlah tersebut tumbuh 1,18% dibanding periode sebelumnya yang sebesar 8,5 juta ton.
Permintaan CPO Negeri Bollywood ini diperkirakan meningkat selaras dengan dipangkasnya pajak bea masuk minyak sawit ke negara tersebut.
Permintaan impor CPO terbesar berikutnya diperkirakan datang dari Tiongkok, yakni 7,2 juta ton untuk periode 2021/2022. Angka tersebut meningkat 5,88% dari tahun sebelumnya yang hanya 6,8 juta ton.
(Baca: Ini Negara Tujuan Ekspor Minyak Sawit Terbesar Indonesia)
Sedangkan impor CPO dari Uni Eropa (EU 27) diproyeksikan meningkat 11,29% menjadi 6,9 juta ton sepanjang periode 2021/2022, dibanding periode sebelumnya 6,2 juta ton.
Demikian pula impor dari negara-negara lainnya diproyeksikan tumbuh 6,9% menjadi 27,9 juta ton untuk periode 2021/2022, dibanding periode sebelumnya 26,1 juta ton.
(Baca: Indonesia Eksportir Kelapa Sawit Terbesar Dunia Tahun 2020)
Saat ini Indonesia merupakan negara ekportir minyak sawit terbesar dunia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2021 ekspor CPO Indonesia mencapai 26,9 juta ton dengan nilai total US$28,52 miliar.
Adapun ekspor CPO Indonesia terbesar pada 2021 dikirim ke Tiongok dengan volume mencapai 4,7 juta ton senilai US$ 4,83 miliar. Diikuti ke India dengan volume 3,03 juta ton senilai US$3,28 miliar.