Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat 45,02 juta penumpang kereta di Indonesia pada September 2025.
Angka tersebut mencakup penumpang kereta di Pulau Jawa dan non-Jawa (Sumatra dan Sulawesi), termasuk kereta bandara, MRT, LRT, dan kereta cepat Whoosh.
Jumlah penumpang kereta nasional pada September 2025 berkurang 1,2% dibanding bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).
Penurunan ini terjadi di hampir seluruh lini kereta, kecuali kereta di luar Pulau Jawa.
Berikut rincian jumlah penumpang kereta di Indonesia per segmen pada September 2025, serta perubahan dibanding bulan sebelumnya:
- Kereta commuter Jabodetabek: 28,74 juta penumpang, turun 0,71% (mtm)
- Kereta di Pulau Jawa non-Jabodetabek: 7,64 juta penumpang, turun 1,45% (mtm)
- Kereta di wilayah non-Jawa: 547,1 ribu penumpang, naik 0,13% (mtm)
- Kereta bandara: 756,3 ribu penumpang, turun 3,79% (mtm)
- Kereta MRT: 3,91 juta penumpang, turun 1,81% (mtm)
- Kereta LRT: 2,96 juta penumpang, turun 2,66% (mtm)
- Kereta cepat Whoosh: 473,6 ribu penumpang, turun 11,29% (mtm)
Kendati ada penurunan secara bulanan, penumpang kereta nasional tahun ini bertambah jika dihitung secara kumulatif.
Akumulasi jumlah penumpang kereta sepanjang Januari–September 2025 mencapai 402,5 juta orang, meningkat 8,49% dibanding periode yang sama tahun lalu.
(Baca: Pertumbuhan Penumpang KRL Commuter Line 2018-2024)
Adapun kini Presiden Prabowo Subianto mengalokasikan anggaran Rp5 triliun untuk PT KAI (Persero), agar mereka bisa menambah rangkaian kereta dalam jaringan KRL Commuter Line Jabodetabek.
Menurut Prabowo, Direktur Utama PT KAI Bobby Rasyidin telah mengajukan anggaran untuk keperluan tersebut.
Dana yang dibutuhkan untuk pengadaan satu rangkaian kereta berisi 12 gerbong mencapai US$9 juta atau setara Rp150,25 miliar (asumsi Rp16.695 per US$).
"Beliau (Direktur Utama KAI) mengajukan Rp4,8 triliun, tapi saya setujui Rp5 triliun," kata Prabowo di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, dilansir Katadata.co.id, Selasa (4/11/2025).
Anggaran ini rencananya akan digunakan untuk menambah 30 rangkaian kereta. Prabowo memberikan tenggat waktu satu tahun untuk merealisasikan rencana tersebut.
(Baca: Data Jumlah Penumpang Transjakarta, MRT, dan LRT Jakarta Agustus 2025)