Emiten maskapai penerbangan BUMN, PT Garuda Indonesia Tbk, membukukan kenaikan pendapatan usaha senilai US$1,50 miliar, meningkat 60,34% dari periode sebelumnya US$939,02 juta.
Pertumbuhan pendapatan usaha tersebut dikontribusikan oleh pendapatan penerbangan berjadwal sebesar 57,87%, pendapatan penerbangan tidak berjadwal yang tumbuh signifikan sebesar 171,88%, serta pendapatan lainnya sebesar 27,13%.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, mengatakan peningkatan pendapatan yang signifikan tersebut juga menjadi sinyal positif tersendiri bagi proyeksi kinerja usaha Garuda ke depannya. "Kondisi fundamen kinerja operasional yang semakin solid serta didukung oleh iklim market transportasi udara yang kian tumbuh signifikan," kata Irfan dalam keterangan resminya, Jumat (4/11) seperti dilansir Katadata.co.id.
Garuda Indonesia membukukan keuntungan senilai US$3,70 miliar atau setara Rp58,02 triliun pada periode sembilan bulan pertama tahun ini dengan asumsi kurs rata-rata Rp15.641 per US$. Kinerja itu berkebalikan dari rugi senilai US$1,66 miliar atau sekitar Rp25,96 triliun pada periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Kinerja keuangan yang positif pada kuartal ini juga ditopang pertumbuhan penumpang sebesar 61,11% dan angkutan kargo yang mencapai 144 ton pada kuartal III 2022. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, tingkat pertumbuhan penumpang Garuda Indonesia Grup mengalami peningkatan sebesar 61,11% menjadi 10,49 juta penumpang. Dibandingkan pergerakan penumpang hingga kuartal II di tahun yang sama Garuda hanya mencatat 6,51 juta penumpang.
Selain itu, kinerja operasional turut diperkuat dengan capaian angkutan kargo yang tercatat 144 ribu ton sampai dengan kuartal III 2022.
(baca: Garuda Indonesia Dominasi Penerbangan Internasional RI pada 2021)