Budi Arie Setiadi, Menteri Kominfo menyatakan, pihaknya telah menyetujui merger antara XL Axiata dan Smartfren. Alasannya agar industri telekomunikasi lebih sehat.
“Iya lebih sehat dan efisien. Tiga cukup,” kata Menteri Kominfo Budi Arie Setiadi di BSD, Kabupaten Tangerang, Selasa (26/3/2023), seperti dikutip dari Katadata.
PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) menyambut positif langkah Kementerian Komunikasi dan Informatika atau Kominfo yang menyetujui operator seluler PT XL Axiata Tbk (EXCL) bergabung alias merger dengan Smartfren. Presiden Direktur Smartfren Telecom Merza Fachys pun mengharapkan ada titik terang dari wacana yang sudah berjalan lama ini.
"Saya masih menanti dan mengharap kabar baik," ujarnya kepada Katadata.co.id, Rabu (27/3).
Namun Merza masih enggan membocorkan sudah sejauh mana tahapan diskusi terkait rencana merger tersebut. "Saya juga kurang tahu," ucapnya.
(Baca Katadata: Kominfo Restui XL-Smartfren Merger, Bos Smartfren Beri Respons Ini)
Berdasarkan laporan keuangan terbaru XL Axiata, laba bersih perusahaan ini mencapai Rp1,27 triliun sepanjang 2023. Keuntungan ini naik 14,57% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar (year-on-year/yoy) sebesar Rp1,10 triliun pada 2022.
Laba yang meningkat sejalan dengan naiknya 10,91% pendapatan XL Axiata, yakni Rp32,32 triliun pada 2023. Sebelumnya, pendapatan XL sebesar Rp29,14 triliun pada semester I 2022.
Adapun beban penyusutan XL Axiata tercatat Rp11,34 triliun pada 2023. Selain itu, beban infrastruktur sebesar Rp8,99 triliun; beban interkoneksi dan beban langsung lainnya Rp3,17 triliun; beban penjualan dan pemasaran Rp2,45 triliun.
Beban gaji dan karyawan sebesar Rp1,4 triliun; beban umum dan administrasi Rp413 miliar, beban amortisasi Rp157,21 triliun.
Aset XL Axiata yang tercatat mencapai Rp87,68 triliun pada 2023. Turun dari sebelumnya Rp87,27 triliun pada 2022.
Sementara itu liabilitas jangka panjang XL terbukukan sebesar Rp41,04 triliun dan ekuitasnya sebesar Rp26,50 triliun pada 2023.
Sementara itu, Smartfren justru mendulang kerugian sebesar Rp108,92 miliar pada 2023. Padahal Smartfren sempat mencatat keuntungan bersih hingga Rp1,06 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Pendapatan Smartfren sebesar Rp11,65 triliun sepanjang tahun lalu. Angka itu naik 4,04% (yoy) dari sebelumnya yang sebesar Rp11,20 triliun.
Beban usaha Smartfren tercatat sebanyak Rp11,11 triliun. Rinciannya, beban penyusutan dan amortisasi Rp4,60 trilun; operasi, pemeliharaan, dan jasa telekomunikasi Rp3,92 triliun; penjualan dan pemasaran Rp1,48 triliun; karyawan Rp881,21 miliar; umum dan administrasi hingga Rp222,87 miliar.
Adapun aset Smartfren terbukukan sebesar Rp45,04 triliun pada 2023. Turun 3,11% (yoy) yang sebesar Rp46,49 triliun.
Aset itu terdiri dari liabilitas sebesar Rp29,37 triliun dan ekuitas Rp15,67 triliun pada 2023.
(Baca juga: Laba PT Pupuk Indonesia Capai Rp6,25 Triliun pada 2023)