Berdasarkan laporan kolaborasi Google, Temasek, dan Bain and Company bertajuk e-Conomy SEA 2023, nilai investasi ke startup Indonesia anjlok 87% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada semester I 2023. Nilainya turun dari US$3,3 miliar menjadi hanya US$400 juta atau sekira Rp6,3 triliun (asumsi kurs Rp15.757/US$).
Tak hanya Indonesia, penurunan investasi startup juga terjadi di lima negara dalam grup Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). Laporan itu menyebut, investasi ke startup Filipina ambles 79% (yoy) dari US$800 juta menjadi US$200 juta pada paruh pertama tahun ini.
Begitu pula dengan Singapura dengan nilai investasi startup turun 63% (yoy) menjadi US$3 miliar pada periode yang sama.
Secara tren, penurunan nilai investasi startup di Indonesia merupakan yang terdalam di kawasan Asia Tenggara pada semester I 2023.
Sementara, menurut nominalnya, Singapura memiliki nilai investasi startup terbesar di Asia Tenggara pada paruh pertama tahun ini, sedangkan Thailand terendah.
Berikut rincian negara di Asia Tenggara dengan nilai investasi startup dan penurunannya pada semester I-2023:
- Singapura turun 63% dari US$ 7 miliar menjadi US$3 miliar
- Vietnam turun 24% dari US$700 juta menjadi US$600 juta
- Indonesia turun 87% dari US$3,3 miliar menjadi US$400 juta
- Malaysia turun 52% dari US$500 juta menjadi US$300 juta
- Filipina turun 79% dari US$800 juta menjadi US$200 juta
- Thailand turun 66% dari US$300 juta menjadi US$100 juta
Adapun Google, Temasek, dan Bain and Company melaporkan, nilai investasi ke startup Asia Tenggara anjlok 69,2% secara tahunan (yoy) dari US$13 miliar menjadi US$4 miliar selama semester I-2023.
“Pendanaan swasta ke startup di Asia Tenggara menurun ke tingkat terendah dalam enam tahun terakhir. Ini sejalan dengan pergeseran global menuju biaya modal yang lebih tinggi dan isu-isu di seluruh siklus pendanaan,” kata Google, Temasek, dan Bain and Company dalam laporannya.
(Baca: Tren Pendanaan Startup Global Turun ke Level Pra-Pandemi)