Kedatangan layanan internet berbasis satelit orbit rendah, Starlink, di Indonesia rupanya tak melulu disambut antusias oleh masyarakat Tanah Air.
Hasil survei Populix dan Uzone Indonesia menunjukkan, mayoritas atau 63,8% responden Indonesia menganggap provider internet milik orang kaya dunia, Elon Musk ini menarik, tetapi belum perlu untuk dibeli.
Lalu ada 17,5% responden menganggap ramainya sambutan kehadiran Starlink di Indonesia hanya tren semata.
Ada pula 15,3% responden menilai bahwa harga langganan Starlink mahal. Sejurus itu, ada 3,4% responden yang menilai layanan ini tidak cocok dipasang di perkotaan.
Survei Populix dan Uzone Indonesia ini melibatkan 1.418 responden di seluruh Indonesia secara online. Hasil riset dipublikaskan di media sosial keduanya pada 31 Mei 2024.
(Baca juga: Ini Harga Langganan Internet Starlink di Indonesia)
Starlink diresmikan di Bali pada 19 Mei 2024. Melansir Katadata, masyarakat umum bisa memesan langsung perangkat dan layanan internet Starlink. Warganet bercerita, kecepatan internet Starlink bisa mencapai 360 Mbps atau mega bit per detik dengan rata-rata 250 Mbps.
Di samping keunggulannya, sejumlah pakar mengkhawatirkan Starlink melakukan predatory pricing, karena memberikan diskon perangkat 40% di Indonesia hingga 10 Juni 2024.
Menurut Organization for Economic Co-Operation and Development atau OECD, predatory pricing merupakan strategi perusahaan menetapkan harga sangat rendah atau di bawah rerata pasar, dalam jangka waktu tertentu.
Selain soal predatory pricing, pakar-pakar juga menyoroti keamanan data, keadilan persaingan dengan operator seluler lokal, hingga perizinan.
Namun, pandangan lain diutarakan oleh Spesialis Keamanan Teknologi Vaksincom Alfons Tanujaya. Menurutnya, Indonesia membutuhkan teknologi satelit Starlink agar daerah tertinggal, terdepan, dan terluar Indonesia atau 3T dapat terjangkau internet.
Pernyataan itu persis dengan klaim pemerintah yang mengatakan bahwa kehadiran Starlink bertujuan menyediakan akses bagi masyarakat di daerah 3T.
“Starlink itu bisa bikin koneksi internet Indonesia ‘setara’ Singapura, yang memiliki internet berkecepatan tinggi satu negara. Tanpa Starlink mustahil Indonesia bisa begitu,” kata Alfons dalam keterangan pers, Selasa (28/5/2024).
Alfons menilai, Starlink memang akan mendapatkan keuntungan dari pasar Indonesia. Akan tetapi, negara bakal mendapatkan manfaat dari sisi pertumbuhan ekonomi digital.
(Baca juga: Ini Perbandingan Kecepatan Internet Starlink dan Provider Lokal)