Teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) memiliki tingkat perlindungan privasi pengguna yang beragam.
Menurut riset ObscureIQ, perusahaan keamanan siber asal Amerika Serikat, perlindungan terkuat diberikan oleh Lumo, aplikasi AI asal Swiss.
(Baca: Daftar Chatbot AI yang Digunakan Warga Kota di Indonesia)
ObscureIQ mengukur tingkat perlindungan privasi aplikasi AI berdasarkan 6 indikator, yaitu:
- Berapa lama aplikasi menyimpan data pengguna;
- Apakah data pengguna digunakan untuk melatih model AI;
- Apakah ada kerangka hukum yang mengatur pengelolaan data;
- Transparansi pendokumentasian data pengguna;
- Apakah pengguna diberi kontrol untuk menghapus data mereka atau menggunakan aplikasi secara anonim; dan
- Apakah aplikasi memiliki pengaturan privasi.
Berbagai indikator tersebut lalu dirumuskan menjadi skor berskala 0-5 poin. Makin tinggi skornya, suatu aplikasi dinilai makin melindungi privasi penggunanya.
Dengan metode ini, aplikasi AI Lumo memperoleh skor 4,7 poin, paling tinggi dibanding aplikasi sejenis.
"Lumo beroperasi di bawah yurisdiksi FDPA dan GDPR Swiss [regulasi pelindungan data pribadi] dan menggunakan zero-access encryption, yang berarti tidak dapat membaca konten percakapan," kata ObscureIQ dalam laporannya (22/10/2025).
"Lumo tidak dilatih berdasarkan perintah pengguna, hanya menggunakan metadata minimal: stempel waktu, jenis perangkat, dan ID sesi anonim," lanjutnya.
Adapun aplikasi AI yang populer digunakan di Indonesia, seperti ChatGPT dan Gemini, dinilai memiliki perlindungan privasi lebih rendah, dengan skor seperti terlihat pada grafik.
"Laporan ini menilai aplikasi AI generatif berdasarkan seberapa baik mereka melindungi data pengguna, membatasi penyimpanan data pengguna, dan meminimalkan ekspos data ke pihak ketiga," kata ObscureIQ.
"Ini bukan tentang AI mana yang menjawab dengan baik, melainkan tentang siapa yang paling sedikit mengingat [data pribadi pengguna]," lanjutnya.
(Baca: ChatGPT Masuk 5 Situs Web Terbesar Global September 2025)