Survei JakPat menunjukkan, mayoritas atau 93% dari total responden mengaku mengetahui teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
"Meskipun membantu, banyak yang khawatir tentang keberadaan AI," tulis JakPat dalam laporan bertajuk Understanding AI Usage Today.
Dari kelompok ini, sebanyak 64% responden khawatir dengan keberadaan AI karena dinilai akan membuat manusia terlalu bergantung pada teknologi.
Lalu 63% responden takut AI dapat disalahgunakan untuk kejahatan seperti penipuan, deepfake, dan lainnya. Disusul 61% yang menilai teknologi AI mampu menurunkan kreativitas seseorang.
Kekhawatiran berikutnya terkait adanya risiko pengangguran (55%), sulit untuk membedakan karya buatan manusia dan AI (49%), risiko keamanan dan privasi (48%), serta dapat mengurangi kemampuan analitis dan pengambilan keputusan yang independen (41%).
Survei Jakpat ini melibatkan 1.423 responden, lalu dikerucutkan menjadi 1.334 responden yang mengaku tahu AI. Responden terdiri atas 52% laki-laki dan 48% perempuan.
Responden berada di Pulau Jawa non-Jabodetabek (50%), Jabodetabek (34%), dan luar Pulau Jawa (16%). Responden berasal dari generasi milenial (29-44 tahun) sebanyak 44%, gen Z (usia 15-28 tahun) 42%, dan gen X (usia 45-50 tahun) 14%.
Survei digelar secara online melalui aplikasi Jakpat pada 10-14 April 2025 dengan margin error di bawah 5%.
(Baca: Alasan Warga RI Pakai AI, Bantu Tugas Sekolah sampai Curhat)