Penelitian kuantitatif oleh I Wayan Sukma Winarya Prabawa, pengajar Politeknik Pariwisata Bali dan Putu Ratih Pertiwi, pengajar Universitas Udayana Bali mencoba menjabarkan motivasi beberapa turis asing melakukan digital nomad di Bali.
Digital nomad adalah perantau yang memanfaatkan perangkat digital untuk bekerja dari satu tempat ke tempat lainnya. Bisa dikatakan, mereka bekerja jarak jauh dari perusahaan asalnya.
Karakteristik digital nomad menurut kedua peneliti adalah mereka yang suka mencari tujuan baru, bergerak secara konsisten dan aktivitasnya sangat erat kaitannya dengan penggunaan teknologi. Biasanya tipe ini bekerja dalam membangun start-up.
"Dalam kegiatan tur mereka, mereka lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja di tempat-tempat yang memiliki akses internet yang baik di hari kerja dan memanfaatkan waktu untuk sibuk di akhir pekan," tulis kedua peneliti dalam laporannya.
Tren turis asing yang melakukan digital nomad di Bali sudah ramai jadi pembicaraan media sosial saat pandemi Covid-19 masih tinggi, 2020-2021.
(Baca juga: 10 Negara Asal Turis Asing Terbanyak di Bali, Rusia Masuk Daftar)
Peneliti memakai dua faktor dasar untuk melihat motivasi para turis asing ini. Pertama, faktor dorongan dari dalam diri.
Faktor ini melihat dorongan diri, seperti masalah terkait pekerjaan sebesar 50,5% dari total responden. Selain itu beberapa turis beralasan melakukan digital nomad untuk memperluas jaringan sebesar 14,3%.
Kedua, faktor ketertarikan, dalam konteks ini terhadap Bali. Responden menganggap Bali sebagai tempat yang menginspirasi 30,5%. Selain itu, Bali juga dianggap sebagai tempat yang mendukung untuk tinggal dan bekerja sebesar 18,5%.
Adapun yang ketiga, Bali dianggap memiliki aktivitas yang menyenangkan, sebesar 14,6%.
Dari 170 kuisioner yang diberikan, hanya 150 kuisioner yang memenuhi persyaratan. Sebanyak 20 di antaranya dinyatakan tidak sah (invalid) karena sampel tidak mengindikasikan kegiatan digital nomad.
Mayoritas responden digital nomad berada pada rentang usia 20-29 tahun (46%) dan 30-39 tahun (33%). Sisanya rentang usia 50-59 tahun.
Para perantau ini paling banyak berasal dari Australia (21%); Jerman (11%); Perancis (10%); Malaysia dan Inggris dengan persentase yang sama (7%); 7% dari negara-negara Eropa.
Ada pula Singapura (5%); Belanda, Tiongkok, Korea Selatan, Amerika Serikat dengan nilai sama (3%); Rusia dan negara Amerika lainnya dengan proporsi sama (2%).
Riset ilmiah ini bertajuk The Digital Nomad Tourist Motivation in Bali: Exploratory Research Based on Push and Pull Theory yang dipublikasikan pada 3 September 2020.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik exploratory factor analysis (EFA). Peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap instrumen untuk melihat apakah instrumen yang akan digunakan di lapangan valid atau tidak.
Berikut penjabaran faktornya:
Travel Push Factor Motivation Factor Analysis of Digital Nomad Tourist
Hal terkait pekerjaan (50,5%)
- Untuk menemukan tempat yang terkait dengan pekerjaan atau proyek saya
- Memperbaiki hubungan dengan pasangan
- Mencari peluang bisnis
- Menghasilkan uang tanpa dapat tekanan dari pekerjaan kantor
- Mendapatkan inspirasi untuk menyelesaikan pekerjaan saya
Memperluas jaringan (14,3%)
- Kesempatan untuk bertemu orang lain yang memiliki minat yang sama
- Agar mendapat teman dari warga lokal
Travel Pull Factor Motivation Factor Analysis of Digital Nomad Tourist
Tempat tujuan yang menginspirasi (30,5%)
- Bali punya tempat populer yang mudah diakses
- Bali memberikan suasana yang baik untuk bekerja secara digital
- Bali menawarkan suasana tenang dan nyaman untuk menyelesaikan pekerjaan yang membutuhkan inspirasi
Tempat yang baik untuk tinggal dan bekerja (18,5%)
- Bali memberikan restoran 24 jam dengan koneksi internet yang bagus beserta tempat kerjanya
- Bali adalah tempat yang aman untuk melancong dan bekerja sendiri
- Ada banyak pilihan akomodasi di Bali yang cocok untuk keuangan saya
Aktivitas yang menyenangkan (14,6%)
- Bali memiliki moda transportasi yang baik
- Bali adalah tujuan internasional yang ramah untuk budaya barat (fesyen, minuman beralkohol, makanannya)
(Baca juga: Berulah hingga Bekerja Secara Ilegal, Bagaimana Tren Kunjungan Turis Asing ke Bali dalam Dua Tahun Terakhir?)