Maraknya iklan GoTo yang dulunya Gojek membutuhkan biaya besar. Per 31 Juli 2021, GoTo sudah mengeluarkan Rp2,81 triliun untuk penjualan dan pemasaran (sales and marketing).
Nilai itu bahkan melebihi pendapatan bersih GoTo sebesar Rp2,52 triliun dalam periode yang sama. Beban marketing yang lebih besar dari pendapatan bersih ini juga terjadi pada 2018 dan 2019.
Pada 2018, beban penjualan dan pemasaran tercatat sebesar Rp 8,08 triliun. Nilai ini lebih dari 5 kali lipat pendapatan bersih GoTo yang sebesar Rp1,44 triliun tahun itu.
Pada 2019, pengeluaran untuk marketing jauh lebih besar, yaitu mencapai Rp14,37 triliun. Nilai ini lebih dari 6 kali lipat pendapatan bersih sebesar Rp2,3 triliun dalam periode yang sama.
Beban penjualan dan pemasaran yang lebih kecil dari pendapatan hanya terjadi pada 2020. Tahun itu, GoTo mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp3,33 triliun dengan beban penjualan dan pemasaran sebesar Rp2,55 triliun.
Berdasarkan data prospektus awal, GoTo memasang iklannya baik dalam jaringan maupun luar jaringan. Ini meliputi iklan televisi, media digital, kerja sama dengan influencer dan lain-lain. GoTo juga melakukan pemasaran langsung, seperti pemberian cashback, poin loyalitas, subsidi pengiriman, dan lain-lain.
GoTo berencana mencatatkan namanya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 4 April 2022. GoTo melepas 52 miliar saham yang dijual seharga Rp316 - 346 per lembar saham.
(Baca: GoTo Diproyeksikan Rugi Rp 22,8 Triliun pada 2021)