Pada 2022 gelombang penularan Covid-19 di Indonesia sudah mulai mereda. Masyarakat sudah bisa beraktivitas di ruang publik dengan cukup bebas, dan perusahaan boleh kembali menerapkan kerja di kantor atau work from office (WFO).
Kendati demikian, hunian gedung perkantoran di Jakarta pada 2022 justru menurun, bahkan lebih rendah dibanding awal pandemi seperti terlihat pada grafik.
Menurut data Colliers, penurunan okupansi terjadi baik di kawasan pusat bisnis (central business district/CBD) seperti Sudirman, Thamrin, Mega Kuningan, dan Gatot Subroto, maupun di luar CBD.
Pada akhir 2022 tingkat okupansi gedung kantor di CBD Jakarta mencapai 74,7%, turun dibanding 2020 yang masih 83,6%.
Kemudian perkantoran di luar CBD Jakarta hanya terisi 70,8% pada akhir 2022, turun juga dari level 80,6% pada 2020.
"Salah satu faktor yang menghambat penyerapan ruang kantor adalah kondisi ekonomi yang masih uncertain, belum terlalu bisa recover," kata Ferry Salanto, Senior Associate Director Colliers Indonesia, dalam konferensi pers virtual awal tahun ini (4/1/2023).
"Ada indikasi permintaan ruang kantor menurun karena beberapa perusahaan menahan melakukan relokasi atau ekspansi, alasan utamanya mereka menunggu sampai kondisi ekonomi lebih stabil," lanjutnya.
Ferry juga memperkirakan tren okupansi masih sulit bangkit tahun ini karena ada banyak pasokan gedung baru.
Menurut data Colliers, ada 5 proyek pembangunan gedung kantor di CBD Jakarta yang diproyeksikan rampung pada 2023, yaitu gedung T Tower (Gatot Subroto), Rajawali Place-St Regis Office Tower (Rasuna Said), Autograph Tower (Thamrin), Luminary Tower (Thamrin), dan Jakarta Mori Tower (Sudirman).
"Gedung baru yang akan masuk cukup tinggi, jadi pada 2023 kami perkirakan okupansinya masih dalam tren penurunan. Mungkin okupansi membaik pada 2024 karena tidak ada suplai baru yang masuk," kata Ferry.
(Baca: Okupansi Mall di Jakarta Merosot dalam 5 Tahun Terakhir)