Bank Indonesia (BI) melaporkan, peningkatan harga properti residensial di pasar primer secara tahunan masih berlanjut hingga triwulan III 2022. Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada triwulan III 2022 tercatat sebesar 1,94% (yoy), lebih tinggi dibandingkan 1,66% (yoy) pada triwulan sebelumnya.
Namun demikian, pada triwulan IV 2022, harga properti residensial primer diprakirakan mulai meningkat secara terbatas sebesar 1,65% (yoy).
Secara triwulanan, BI mencatat, IHPR pada triwulan III 2022 juga terpantau masih meningkat sebesar 0,54% (qtq), lebih tinggi dibandingkan 0,35% (qtq) pada triwulan II 2022 (Grafik 1). Meningkatnya harga properti residensial secara triwulanan disebabkan oleh peningkatan harga yang terjadi pada seluruh tipe rumah, terutama rumah tipe menengah yang mengalami kenaikan sebesar 0,79% (qtq), lebih tinggi dibanding 0,53% (qtq) pada triwulan II 2022.
Selanjutnya, kenaikan indeks harga tipe rumah kecil dan besar masing-masing tercatat sebesar 0,72% (qtq) dan 0,38%, lebih tinggi dibanding 0,31% (qtq) dan 0,28% (qtq) pada triwulan sebelumnya.
Secara spasial, peningkatan IHPR Primer secara triwulanan terutama didorong oleh peningkatan harga rumah di kota Pekanbaru, Yogyakarta dan Bandar Lampung, masing-masing mengalami kenaikan sebesar 2,74% (qtq), 1,80% (qtq), dan 1,13% (qtq)
Dari sisi penjualan, pertumbuhan penjualan properti residensial di pasar primer pada triwulan III 2022 tetap kuat. Hal ini terindikasi dari penjualan properti residensial yang tumbuh sebesar 13,58% (yoy) pada triwulan III 2022, meski lebih rendah dari 15,23% (yoy) pada triwulan sebelumnya.
Hasil survei juga menunjukkan bahwa pembiayaan non-perbankan masih menjadi sumber pembiayaan utama untuk pembangunan properti residensial. Pada triwulan III 2022, sebesar 73,20% dari total kebutuhan modal pembangunan proyek perumahan berasal dari dana internal.
Sementara itu, dari sisi konsumen, pembiayaan perbankan dengan fasilitas Kredit Perumahan Rakyat (KPR) masih menjadi pilihan utama dalam pembelian properti residensial dengan pangsa sebesar 74,53% dari total pembiayaan.
(baca: Daftar 10 Kota di Dunia yang Berisiko Alami Bubble Properti)