Menurut lembaga survei Praxis, TikTok bukanlah sumber informasi politik utama bagi kebanyakan mahasiswa.
Survei mereka menemukan, mayoritas atau 66,43% responden mahasiswa lebih mengutamakan rujukan informasi politik dari media online.
Director of Public Affairs Praxis Indonesia Sofyan Herbowo mengatakan, meski pemilih muda gemar mengakses informasi politik secara daring, mereka cenderung lebih berhati-hati dalam memilah informasi.
"Pemahaman ini membawa konsekuensi positif, yaitu meningkatnya optimisme terhadap pemilih muda sebagai kelompok pemilih yang rasional dan kritis terhadap politik,” kata Sofyan dalam siaran pers, Senin (22/1/2024).
(Baca: Pemilu Kian Dekat, Ini Capres Pilihan Anak Muda Versi Survei Indikator)
Sumber informasi politik lain yang dijadikan rujukan utama adalah Instagram (50,65%), televisi (47,15%), TikTok (41,86%), YouTube (36,96%), dan Twitter (33,37%).
Sementara responden mahasiswa yang mengakses informasi politik dari iklan luar ruangan seperti billboard, spanduk di sarana publik, dan kendaraan umum hanya 21,08%.
Survei ini dilakukan pada 1-8 Januari 2024 terhadap 1.001 responden mahasiswa dengan rentang usia 16-25 tahun di 34 provinsi Indonesia.
Pengambilan sampel survei menggunakan teknik non probability sampling, chain-referral sampling, dan snowball sampling dengan tingkat kesalahan (margin of error) di bawah 3% pada tingkat kepercayaan 98%.
Praxis juga berkolaborasi dengan Election Corner (EC) Fisipol UGM untuk mengkaji temuan kuantitatif dengan melakukan riset kualitatif pada 15 Januari 2024.
Riset berformat Focus Group Discussion (FGD) tersebut melibatkan empat akademisi dan mahasiswa perwakilan Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Mulawarman (Unmul), dan Universitas Nusa Cendana (Undana).
(Baca: Survei Praxis: Debat Terbuka Sangat Pengaruhi Mahasiswa dalam Memilih Capres)