Mendekati penyelenggaraan pemilihan umum (Pemilu) 2024, polarisasi politik menjadi kekhawatiran publik. Meskipun begitu, mayoritas masyarakat yakin publik akan tetap bersatu pada pemilu mendatang.
Fenomena ini terekam dalam survei Litbang Kompas bertajuk Tantangan Menepis Polarisasi Politik Pemilu 2024. Hasilnya menunjukkan, sebanyak 71,6% responden menilai bahwa masyarakat dapat tetap bersatu pada masa Pemilu 2024.
Rinciannya sebanyak 63,5% responden menjawab yakin dan 8,1% lainnya merasa sangat yakin.
Sementara 26,1% responden menyatakan tidak yakin jika publik dapat tetap bersatu saat masa Pemilu 2024 dan 2,2% responden merasa sangat tidak yakin. Adapun 0,1% responden lainnya menjawab tidak tahu.
Di samping itu, sebanyak 65,9% responden memandang, belum ada tanda-tanda polarisasi yang muncul sampai beberapa bulan menjelang pelaksanaan pemilu.
"Hingga kini, nuansa perpecahan akibat polarisasi politik memang belum terlalu dirasakan publik. Besar kemungkinan hal ini dipengaruhi oleh masih sangat cairnya konsolidasi dan potensi koalisi politik," tulis Litbang Kompas dalam laporannya pada Minggu (10/7/2023).
Pada sisi lain, survei ini juga menunjukan bahwa 24,2% responden menilai sudah ada tanda-tanda polarisasi dan 3,1% responden berpendapat jika gejala polarisasi sudah sangat terlihat.
"Masih belum memanasnya suhu politik ini dirasakan masyarakat karena perdebatan politik masih terlokalisasi di kanal-kanal daring. Tiga perempat bagian responden jajak pendapat mengaku telah melihat gejala polarisasi tersebut di media sosial," kata Litbang Kompas.
Survei yang dilakukan Litbang Kompas melibatkan 507 responden yang tersebar dari 34 provinsi di Indonesia. Sampel ditentukan secara acak sesuai proporsi jumlah penduduk di tiap provinsi.
Koleksi data dilakukan dalam periode 19-21 Juni 2023 menggunakan metode wawancara melalui telepon. Survei ini memiliki margin of error sekira 4,35% dan tingkat kepercayaan 95%.
(Baca juga: Sikap Intoleransi Jadi Penyebab Utama Polarisasi Politik Menurut Litbang Kompas)