Menurut Lembaga Survei Indonesia (LSI), mayoritas masyarakat tidak setuju dengan anggapan bahwa pelaksanaan Pemilu 2024 diwarnai banyak kecurangan.
"Kami menanyakan (responden) tentang berita adanya banyak kecurangan dalam pemilu. Ternyata 31,4% setuju dengan pendapat tersebut, tapi mayoritas 60,5% tidak setuju," kata Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan dalam konferensi pers di akun YouTube LSI, Minggu (25/2/2024).
LSI menemukan, persepsi bahwa pemilu diwarnai kecurangan lebih banyak berasal dari kelompok partisan atau pendukung pasangan capres-cawapres tertentu.
Dari kelompok responden pemilih Anies-Muhaimin, yang setuju bahwa ada banyak kecurangan dalam pemilu mencapai 38,1%, sedangkan yang tidak setuju 16,9%.
Kemudian di kelompok responden pemilih Ganjar-Mahfud, yang setuju 25,4%, sedangkan yang tidak setuju 12%.
Hal berbeda terlihat di kelompok responden pemilih Prabowo-Gibran, di mana yang setuju 36,5%, sedangkan yang tidak setuju 71%.
"Proporsi yang menilai bahwa pemilu curang, kalau digabungkan, mayoritas dari (pemilih) 01 (Anies-Muhaimin) dan 03 (Ganjar-Mahfud)," kata Djayadi.
LSI melakukan survei ini pada 19-21 Februari 2024, dengan melibatkan 1.211 responden yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah, serta memiliki telepon genggam. Responden diasumsikan mewakili 83% dari total populasi nasional.
Penarikan sampel menggunakan teknik pembangkitan nomor telepon secara acak atau random digit dialing (RDD) yang sudah divalidasi. Responden terpilih kemudian diwawancarai lewat telepon.
Toleransi kesalahan survei ini (margin of error) sekitar 2,6% pada tingkat kepercayaan 95%, dengan asumsi simple random sampling.
(Baca: Quick Count Final 6 Lembaga Survei: Prabowo-Gibran Unggul Telak)