Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) memperkirakan volume produksi emas global mencapai 3.000 metrik ton pada 2023.
Angka itu turun 1,96% dibanding 2022 (year-on-year/yoy) yang produksinya 3.060 metrik ton.
Pada 2023 China menjadi negara penghasil emas terbesar di dunia, dengan estimasi produksi 370 metrik ton, atau sekitar 12,33% dari total produksi emas global.
Selanjutnya ada Australia dan Rusia dengan produksi emas masing-masing 310 metrik ton.
Posisinya diikuti oleh Kanada, Amerika Serikat, Kazakhstan, dan Meksiko, dengan volume produksi seperti terlihat pada grafik.
Sementara, Indonesia menempati peringkat kedelapan penghasil emas terbesar dunia pada 2023, dengan estimasi produksi 110 metrik ton emas.
Menurut USGS, konsumsi emas global paling banyak digunakan untuk perhiasan (46%), serta keperluan bank sentral dan institusi (23%).
Ada pula yang dijadikan emas batangan (16%), produksi koin dan medali (9%), produksi alat elektronik (5%), serta produksi industri lainnya (1%).
USGS juga mencatat, secara umum total konsumsi emas global dalam 9 bulan pertama tahun 2023 turun 3% dibanding periode sama pada 2022.
Rinciannya, selama 9 bulan pertama 2023, konsumsi emas global dalam bentuk batangan fisik turun 5% (yoy), lalu konsumsi emas untuk elektronik merosot 11% (yoy).
Konsumsi emas untuk perhiasan dan produksi industri tidak mengalami perubahan signifikan. Sementara konsumsi emas untuk produksi koin dan medali naik 6% (yoy), dan untuk simpanan emas bank sentral melonjak 14% (yoy).
(Baca: Papua, Pulau dengan Cadangan Bijih Emas Terbesar di Indonesia)