Harga komoditas energi fosil yang terus melonjak membuat banyak negara berupaya mencari sumber energi alternatif. Salah satu yang banyak dilirik adalah pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).
"Kami melihat kembalinya energi nuklir di pasar utama Eropa," kata CEO Bannerman Energy Brandon Munro, seperti dilansir Stockhead, Senin (29/8/2022).
Menguatnya tren energi nuklir ini akan mendorong naiknya permintaan uranium, salah satu bahan bakar utama untuk PLTN. Adapun permintaan uranium diprediksi paling banyak berasal dari Tiongkok.
"Tiongkok sedang membangun 10 reaktor nuklir besar per tahun, selama 15 tahun ke depan. Ini akan membuat Tiongkok menjadi pasar tunggal terbesar, mengingat produksi uranium domestiknya yang sangat sedikit," kata Brandon Munro lagi.
Adapun menurut data World Nuclear Association, perusahaan tambang uranium terbesar global saat ini adalah Kazatomprom yang berkantor pusat di Kazakhstan.
Kazatomprom tercatat memproduksi uranium sebanyak 11,85 ribu ton pada 2021. Jumlah itu setara dengan 25% produksi uranium global, sekaligus menjadi produksi terbesar di antara perusahaan sejenis.
Kazatomprom juga menyatakan akan terus meningkatkan produksinya dalam beberapa tahun ke depan.
"Kami berharap dapat meningkatkan potensi produksi sekitar 2.000 hingga 3.000 ton uranium pada 2024, dibandingkan dengan kisaran produksi yang direncanakan untuk 2023," jelas Chief Operational Officer Kazatomprom, dilansir World Nuclear News, Jumat (19/8/2022).
Dengan rencana tersebut, produksi uranium Kazatomprom diproyeksikan bisa mencapai 25.000 ton pada 2024.
(Baca: 10 Negara Penghasil Uranium Terbesar Tahun 2021)