Laporan Trade Map menunjukkan, nilai ekspor telur unggas Indonesia sebesar US$ 1,30 miliar atau sekitar Rp 18,56 triliun pada 2020 (kurs US$ 1= Rp 14.249). Jumlah ini turun 26,38% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar US$ 1,77 miliar.
Adapun volume ekspor telur unggas RI sebanyak 74 ton pada 2020. Jumlah ini turun 56,7% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 171 ton.
Tercatat, hanya ada dua negara tujuan ekspor telur unggas RI pada 2020, yakni Myanmar dan Singapura. Nilai ekspor telur unggas dua negara tersebut masing-masing sebesar US$ 1,30 miliar dan US$ 1 juta.
Secara tren, nilai ekspor telur unggas RI cenderung fluktuatif selama lima tahun terakhir. Nilai ekspor komoditas tersebut terbesar pada 2017 sebanyak US$ 2,28 miliar. Sedangkan, nilai ekspor komoditas tersebut terendah pada 2018 sebanyak US$ 776 juta.
Adapun, ekspor telur unggas merupakan salah satu upaya untuk mendongkrak perekonomian dan persaingan para peternak lokal di pasar global. Selain telur unggas, berbagai komoditas peternakan Indonesia lainnya juga telah menembus pasar ekspor, seperti daging ayam olahan, sarang burung walet, pakan ternak, obat hewan, produk susu olahan, ternak babi, kambing, domba, kelinci hidup hingga produk larva.
(Baca: Harga Telur Bergerak Naik Jelang Akhir Tahun)