Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan impor besi dan baja Indonesia di tahun pertama pandemi Covid-19 pada 2020 menyusut 29,69% menjadi 11,35 juta ton dari tahun sebelumnya yang mencapai 16,15 juta ton.
Namun, impor besi dan baja Indonesia kembali meningkat 14,81% menjadi 13,04 juta ton pada 2021 dibandingkan tahun sebelumya. Demikian pula nilai impornya melonjak 74,42% menjadi US$11,96 miliar pada 2021 dibanding tahun sebelumnya.
Proyek pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah serta swasta yang tetap berjalan membuat permintaan besi dan baja domestik meningkat.
(Baca: Pembangunan Terus Berjalan, Volume Impor Besi-Baja Indonesia Tumbuh 14,8% pada 2021)
Menteri Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan impor tekstil dan produk baja Indonesia masih tinggi. Padahal, banyak pemain lokal yang mampu membuat produk baja berkualitas.
“Baja masih banyak yang impor, mematikan industri baja kita nanti, padahal kita sudah bisa produksi,” ujarnya, dalam acara Showcase dan Business Matching yang digelar oleh Kementerian Koperasi dan UKM di Jakarta (11/4/2022).
Guna mengurangi produk impor, pemerintah tengah mengembangkan sistem untuk memantau impor dan penggunaan produk impor melalui e-katalog serta adanya seruan gerakan nasional bangga buatan Indonesia (Gernas BBI).
Berikut ini volume impor besi dan baja Indonesia 2021:
- Jepang 2.518,30 ribu ton
- Korea Selatan 2.383,60 ribu ton
- Tiongkok 1.438,00 ribu ton
- Thailand 936,00 ribu ton
- Singapura 552,10 ribu ton
- Vietnam 315,30 ribu ton
- India 206,40 ribu ton
- Amerika Serikat 71,70 ribu ton
- Jerman 9,00 ribu ton
- Italia 3,40 ribu ton
- Lainnya 4.604,00 ribu ton
-Jumlah 13.037,80 ribu ton