Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengimpor aluminium seberat 707,99 ribu ton pada 2023.
Volumenya turun 2,31% dibanding tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) yang mencapai 724,71 ribu ton.
Total nilai impor aluminium pada 2023 mencapai US$2 milar, atau setara Rp31,14 triliun (asumsi Rp 15.569 per US$).
China menjadi negara pemasok aluminium terbesar tahun lalu, dengan volume 271,46 ribu ton atau 38,34% dari total impor.
Negeri Panda ini juga tercatat konsisten menjadi pemasok aluminium terbesar ke Indonesia setidaknya sejak 2017.
Lengkapnya, berikut daftar 10 negara utama asal impor aluminium ke Indonesia pada 2023:
- China: 271,46 ribu ton
- Australia: 62,22 ribu ton
- Malaysia: 61,24 ribu ton
- UEA: 45,9 ribu ton
- Amerika Serikat: 43,2 ribu ton
- India: 24,2 ribu ton
- Korea Selatan: 22,42 ribu ton
- Thailand: 21,63 ribu ton
- Singapura: 13,23 ribu ton
- Jepang: 4,7 ribu ton
Adapun ketergantungan Indonesia terhadap pasokan aluminium impor masih cukup tinggi.
Hal ini diungkapkan Danny Praditya, Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum).
"Kebutuhannya (aluminium) masih lebih dari 55% dipenuhi impor, walaupun sudah ada smelter baru di beberapa tahun terakhir, tapi masih belum cukup," kata Danny, dilansir dari CNN Indonesia, Jumat (8/3/2024).
Untuk mengurangi impor dan memenuhi kebutuhan aluminium nasional, PT Inalum menargetkan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah bisa beroperasi mulai 2024.
Danny menyebut, Smelter Mempawah akan menghubungkan rantai pasok antara mineral bijih bauksit di Kalimantan Barat dengan pabrik peleburan aluminium milik PT Inalum.
Smelter Mempawah juga sudah masuk ke daftar proyek strategis nasional (PSN) pada Desember 2023, guna merealisasikan kebijakan hilirisasi bauksit-aluminium yang dicanangkan Presiden Joko Widodo.
(Baca: China Borong 89% Nikel Indonesia pada 2023)