Ekspor Senjata Indonesia Meningkat pada 2024, Cetak Rekor Baru

Perdagangan

Premium

Adi Ahdiat 03/10/2025 10:54 WIB

URL telah disalin

Memuat...

Menurut data BPS, kinerja ekspor senjata Indonesia meningkat pada 2024 hingga mencapai rekor tertinggi baru. Hal ini beriringan dengan makin banyaknya konflik bersenjata di skala global.

Volume dan Nilai Ekspor Senjata dan Amunisi Indonesia (2015-2024)

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Anda mengakses konten Single Data Premium.
Untuk meneruskan, silakan berlangganan, atau beli secara satuan.

Professional

Nikmati akses premium dengan harga yang lebih terjangkau.

Mulai dari

~~Rp300.000~~ 150.000/bulan

Akses lebih banyak konten premium dan fitur eksklusif khusus pelanggan.

Mulai dari

50.000/bulan

Hanya Rp833 per artikel

Lebih detail »

Beli Satuan

Langsung baca artikel “Ekspor Senjata Indonesia Meningkat pada 2024, Cetak Rekor Baru”.

Rp10.000

Kami menerima pembayaran berikut:

Beberapa metode pembayaran masih dalam proses aktivasi.

Volume dan Nilai Ekspor Senjata dan Amunisi Indonesia (2015-2024)

Unduh

Sumber

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2024 Indonesia mengekspor senjata dan amunisi seberat 287,2 ton, meningkat 122% dibanding tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Pada 2024, nilai ekspor senjata dan amunisi Indonesia juga tumbuh 89% (yoy) menjadi US$21,67 juta. Ini merupakan rekor tertinggi baru, seperti terlihat pada grafik.

(Baca: 10 Negara Eksportir Senjata Terbesar di Dunia)

Peningkatan ekspor senjata Indonesia beriringan dengan makin banyaknya konflik bersenjata di skala global dalam beberapa tahun terakhir.

Menurut laporan Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), pada 2022, ada sekitar 37,2 ribu peristiwa perang di seluruh dunia.

Lalu kejadiannya terus bertambah, hingga muncul sekitar 52,5 ribu peristiwa perang pada 2024.

Peristiwa perang yang dicatat SIPRI ini adalah aksi kekerasan antara dua kelompok bersenjata yang terorganisasi, mencakup bentrokan pasukan militer antar-negara, negara dengan kelompok non-negara, serta pertempuran kelompok non-negara.

"Kekerasan bersenjata membutuhkan sumber daya berupa senjata dan uang untuk belanja militer. Sumber daya ini biasanya berasal dari perpajakan, ekonomi gelap (seperti perdagangan manusia dan narkoba), serta sponsor eksternal (seperti pendanaan dari negara asing atau transfer senjata internasional)," kata SIPRI dalam laporannya.

(Baca: Peristiwa Konflik Global Meningkat dalam Beberapa Tahun Terakhir)

Editor : Adi Ahdiat