Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2022 nilai ekspor Indonesia mencapai US$291,98 miliar, rekor tertinggi sejak 2012.
Mayoritas (94,51%) nilai ekspor nasional pada 2022 berasal dari ekspor nonmigas, seperti ekspor pertanian/kehutanan/perikanan, industri pengolahan, komoditas tambang logam/mineral, dan lain-lainnya.
Adapun negara tujuan ekspor nonmigas terbesar pada 2022 adalah Tiongkok, dengan nilai US$63,55 miliar.
"Komoditas utama yang diekspor ke Tiongkok pada periode tersebut adalah besi/baja, batu bara, dan lignit," kata BPS dalam laporannya.
(Baca: Ini Negara Eksportir Batu Bara Terbesar pada 2022)
Komoditas nonmigas Indonesia juga banyak dibeli Amerika Serikat, India, Jepang, Malaysia, Korea Selatan, Singapura, Taiwan, Thailand, Belanda, Australia, Jerman, dan Italia. Namun, nilai ekspornya kalah jauh dari Tiongkok seperti terlihat pada grafik.
Jika ditotalkan, nilai ekspor Indonesia ke 13 negara tujuan utama tersebut mencapai US$210,79 miliar. Porsinya mencapai 73,14% dari total nilai ekspor nasional pada 2022, serta meningkat 25,8% dibanding 2021.
Kendati tren perdagangan luar negeri Indonesia menguat, Bank Dunia memprediksi kinerjanya akan melemah pada tahun ini karena turunnya permintaan ekspor.
Dalam laporan Indonesia Economic Prospects (IEP) edisi Desember 2022, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan turun dari 5,2% pada 2022 menjadi 4,8% pada 2023.
"Permintaan global yang melemah dapat merugikan kinerja ekspor Indonesia dan mengurangi aliran investasi asing. Pengetatan moneter global juga dapat memicu keluarnya arus modal yang lebih besar, serta depresiasi rupiah yang kemudian memicu inflasi," kata Bank Dunia dalam laporan tersebut.
(Baca: Bank Dunia Prediksi Ekonomi Indonesia Melemah pada 2023)