Pengeluaran untuk sabun mandi di Kabupaten Aceh Besar pada 2024 tercatat sebesar Rp70.636 per kapita per bulan. Informasi ini seperti data yang diolah dari data Susenas Badan Pusat Statistik (BPS), menunjukkan pertumbuhan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 35,6 persen.
Pengeluaran untuk sabun mandi ini menempati urutan ke-7 di antara kabupaten/kota se-Provinsi Aceh dan urutan ke-183 secara nasional. BPS mencatat, dari total pengeluaran rata-rata per kapita sebulan untuk aneka barang dan jasa sebesar Rp243.031, pengeluaran untuk sabun mandi menyumbang sekitar 29,06 persen. Jika dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan jadi sebesar Rp243.391, pengeluaran untuk sabun mandi mencapai sekitar 28,98 persen.
(Baca: Rata-Rata Pengeluaran Perkapita Sebulan di Kalimantan Barat 2015 - 2024)
Secara historis, pengeluaran untuk sabun mandi di Kabupaten Aceh Besar mengalami fluktuasi. Pada 2018, pengeluaran tercatat sebesar Rp43.782, kemudian meningkat menjadi Rp48.051 pada 2019. Sempat mengalami penurunan sebesar 7,4 persen pada 2020 menjadi Rp44.508, kemudian kembali naik secara berturut-turut hingga mencapai Rp52.092 pada 2023. Peningkatan tahun 2024 menjadi yang tertinggi dalam periode tersebut, dengan pertumbuhan mencapai 35,6 persen.
Secara umum, rata-rata pengeluaran per kapita masyarakat di Kabupaten Aceh Besar juga menunjukkan perkembangan. Total pengeluaran per kapita untuk makanan dan bukan makanan mencapai Rp1.305.383 pada 2024. Sedangkan pengeluaran untuk bukan makanan tercatat sebesar Rp576.282. Angka tersebut menunjukkan pertumbuhan yang signifikan jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Jika dibandingkan dengan beberapa kabupaten/kota lain di Aceh, pengeluaran untuk sabun mandi di Kabupaten Aceh Besar masih berada di bawah Kota Sabang, Kota Banda Aceh, Kabupaten Bener Meriah, dan Kabupaten Nagan Raya. Kota Sabang mencatat pengeluaran tertinggi untuk sabun mandi pada 2024, yaitu sebesar Rp114.991, dengan pertumbuhan 6 persen. Sementara itu, Kota Banda Aceh mencatat pengeluaran sebesar Rp100.106 dengan pertumbuhan 5,1 persen. Kabupaten Bener Meriah mencatat pengeluaran Rp91.819 dengan pertumbuhan 16,6 persen dan Kabupaten Nagan Raya sebesar Rp91.431 dengan pertumbuhan 1,7 persen. Peringkat Kabupaten Aceh Besar berada di urutan ke-7 di antara kabupaten/kota di Provinsi Aceh.
(Baca: Sektor Utama Penggerak Perekonomian di Kota Pagar Alam pada 2024)
Kota Banda Aceh
BPS mencatat bahwa Kota Banda Aceh memiliki rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan sebesar Rp1.371.277 pada tahun 2024, mengalami pertumbuhan 5,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kota ini menduduki peringkat pertama se-kabupaten/kota di Provinsi Aceh dalam hal pengeluaran bukan makanan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Kota Banda Aceh memiliki alokasi dana yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan selain makanan dibandingkan dengan daerah lain di provinsi tersebut.
Kabupaten Nagan Raya
Di Kabupaten Nagan Raya, rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan mencapai Rp1.120.129 pada tahun 2024, mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 24,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun demikian, Nagan Raya mengalami penurunan dalam total pengeluaran per kapita baik makanan maupun bukan makanan sebesar 15,1 persen. Hal ini menempatkan Nagan Raya pada peringkat pertama dalam hal pengeluaran makanan di antara kabupaten/kota di Provinsi Aceh.
Kota Lhokseumawe
Kota Lhokseumawe menunjukkan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan sebesar Rp798.985 pada tahun 2024, mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, yaitu 35,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, pengeluaran bukan makanan di kota ini juga mengalami peningkatan yang signifikan, mencapai 43,4 persen. Pertumbuhan ini menjadikan Lhokseumawe sebagai salah satu daerah dengan pertumbuhan pengeluaran tertinggi di Aceh.
Kabupaten Bener Meriah
Kabupaten Bener Meriah mencatat rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan sebesar Rp958.426 pada tahun 2024, menunjukkan pertumbuhan sebesar 32,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini sejalan dengan pertumbuhan pengeluaran bukan makanan yang juga mengalami kenaikan sebesar 34,6 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat Bener Meriah mengalami peningkatan kesejahteraan yang memungkinkan mereka untuk mengalokasikan lebih banyak dana untuk konsumsi makanan dan kebutuhan non-pangan.