Pengeluaran untuk perawatan kulit di Kota Lhokseumawe menunjukkan peningkatan signifikan pada tahun 2024, mencapai Rp77.306 per kapita per bulan. Informasi ini seperti data yang diolah dari data Susenas oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Angka ini mencerminkan pertumbuhan sebesar 7,5% dibandingkan tahun sebelumnya, menandakan minat masyarakat terhadap perawatan kulit terus meningkat.
Jika dibandingkan dengan pengeluaran total masyarakat Kota Lhokseumawe, alokasi untuk perawatan kulit masih relatif kecil. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk aneka barang dan jasa mencapai Rp310.446. Sedangkan untuk makanan jadi tercatat Rp291.914. Namun, pengeluaran untuk perawatan kulit menunjukkan pertumbuhan yang lebih pesat dibandingkan sektor lainnya.
(Baca: Channel yang Paling Banyak Kehilangan Subscriber | 11 Oct 2025)
Secara historis, pengeluaran untuk perawatan kulit di Kota Lhokseumawe mengalami fluktuasi. Dari tahun 2018 hingga 2020, terjadi penurunan dari Rp40.858 menjadi Rp39.728. Namun, mulai tahun 2021, terjadi lonjakan signifikan, mencapai Rp55.103. Kenaikan ini terus berlanjut hingga 2024, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2021 sebesar 38,7%. Ini mengindikasikan adanya perubahan perilaku konsumen dalam memprioritaskan perawatan diri.
Dalam perbandingan regional, Kota Lhokseumawe berada di urutan ke-5 untuk pengeluaran perawatan kulit tertinggi di antara kabupaten/kota se-Aceh. Urutan ini menunjukkan bahwa kesadaran akan perawatan kulit di Kota Lhokseumawe cukup tinggi dibandingkan wilayah lain di provinsi tersebut. Secara nasional, Kota Lhokseumawe berada di peringkat 111, menunjukkan masih ada potensi untuk meningkatkan kesadaran dan pengeluaran untuk perawatan kulit.
Beberapa kabupaten/kota lain di Aceh juga menunjukkan angka pengeluaran perawatan kulit yang tinggi. Kota Sabang mencatat pengeluaran tertinggi yaitu Rp103.452 dengan pertumbuhan 2,3%. Kota Banda Aceh dengan Rp93.631 dengan pertumbuhan 14,6%, dan Kabupaten Bener Meriah dengan Rp91.869 serta pertumbuhan 21,9%. Sementara itu, Kabupaten Nagan Raya mencatat Rp81.709 dengan pertumbuhan -14,5%, dan Kota Langsa sebesar Rp63.884 dengan pertumbuhan 1,3%.
(Baca: Rata-Rata Pengeluaran Perkapita Sebulan untuk Perawatan Kulit di Kab. Mempawah 2018 - 2024)
Kota Banda Aceh
Kota Banda Aceh menunjukkan performa yang kuat dalam pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan, mencapai Rp1.371.277 pada tahun 2024. Badan Pusat Statistik(BPS) mencatat pertumbuhan sebesar 5,8% dibandingkan tahun sebelumnya. Angka ini menempatkan Kota Banda Aceh di peringkat pertama se-Provinsi Aceh. Pengeluaran untuk sektor ini jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata kabupaten/kota lain di Aceh, menandakan tingkat konsumsi dan aktivitas ekonomi yang lebih tinggi.
Kota Sabang
Kota Sabang mencatatkan pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan sebesar Rp890.314 pada tahun 2024. Data yang diolah dari data Susenas oleh BPS menunjukkan pertumbuhan 4,2% dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun pertumbuhan ini moderat, Kota Sabang tetap berada di peringkat keempat se-Provinsi Aceh dalam kategori ini. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan dasar masyarakat Kota Sabang terpenuhi dengan baik, dan ada stabilitas dalam pengeluaran untuk kebutuhan pokok.
Kabupaten Bener Meriah
Kabupaten Bener Meriah menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dalam pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan, mencapai 34,6%. BPS mencatat angka pengeluaran Rp716.407 pada tahun 2024. Pertumbuhan ini adalah yang tertinggi di antara kabupaten/kota lain di Aceh. Hal ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam konsumsi barang dan jasa non-primer di Kabupaten Bener Meriah, yang dapat mencerminkan peningkatan pendapatan atau perubahan gaya hidup.
Kota Langsa
Kota Langsa mengalami penurunan dalam pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan, yaitu turun 9,5%. Data yang diolah dari data Susenas oleh BPS mencatat angka Rp705.067 pada tahun 2024. Penurunan ini kontras dengan tren positif yang terlihat di beberapa kabupaten/kota lain di Aceh. Ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perubahan prioritas konsumsi, kondisi ekonomi lokal yang kurang mendukung, atau faktor lainnya yang perlu diteliti lebih lanjut.