Besar pengeluaran untuk rokok dan tembakau di Kabupaten Karang Asem pada 2024 tercatat sebesar Rp79.244 per kapita per bulan. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 8,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Informasi ini seperti data yang diolah dari data Susenas Badan Pusat Statistik (BPS).
Secara historis, pengeluaran untuk rokok dan tembakau di Karang Asem mengalami fluktuasi. Pada 2018, pengeluaran tercatat sebesar Rp58.711, kemudian mengalami kenaikan signifikan hingga mencapai Rp69.063 pada 2021. Sempat mengalami penurunan pada 2022 menjadi Rp58.396, kemudian melonjak tajam pada 2023 menjadi Rp86.210. Namun, pada 2024 kembali mengalami penurunan.
(Baca: Jumlah Penduduk dan Persentase Kemiskinan di Kabupaten Belitung | 2004 - 2024)
Pengeluaran untuk rokok dan tembakau ini merupakan bagian dari total pengeluaran masyarakat. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk aneka barang dan jasa di Karang Asem adalah Rp135.256. Dengan demikian, pengeluaran untuk rokok dan tembakau menyumbang sekitar 58,6 persen dari total pengeluaran tersebut. Angka ini cukup besar, menunjukkan bahwa konsumsi rokok dan tembakau memiliki porsi signifikan dalam alokasi anggaran rumah tangga di Karang Asem.
Dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Provinsi Bali, Karang Asem menduduki peringkat ke-9 dalam hal besar pengeluaran untuk rokok dan tembakau pada 2024. Peringkat ini tidak berubah dibandingkan tahun sebelumnya. Secara nasional, Karang Asem berada di peringkat 468. Kabupaten Badung mencatatkan pengeluaran tertinggi dengan Rp156.389, diikuti Kota Denpasar dengan Rp142.375.
Pengeluaran tertinggi untuk rokok dan tembakau di Karang Asem terjadi pada 2023, mencapai Rp86.210. Ini merupakan anomali jika dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran selama periode 2018-2022 yang berada di kisaran Rp60.000-an. Penurunan pada 2024 menunjukkan adanya perubahan perilaku konsumsi atau faktor lain yang memengaruhi pengeluaran masyarakat.
Di antara kabupaten/kota lain di Bali, Kabupaten Badung mencatat pertumbuhan tertinggi dalam pengeluaran rokok dan tembakau, yaitu 34,3 persen. Sementara itu, Kota Denpasar mengalami pertumbuhan sebesar 21,9 persen. Kabupaten Bangli sedikit mengalami kenaikan 1,5 persen. Karang Asem sendiri mengalami penurunan sebesar 8,1 persen, menunjukkan perbedaan tren konsumsi di berbagai wilayah Bali.
(Baca: Sektor Utama Penggerak Perekonomian di Kabupaten Padang Lawas pada 2024)
Kota Denpasar
Berdasarkan data BPS, Kota Denpasar menduduki peringkat pertama se-Bali dalam rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan, mencapai Rp1.639.727 pada 2024. Angka ini menunjukkan pertumbuhan signifikan sebesar 31,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Tingginya pengeluaran bukan makanan di Denpasar mencerminkan gaya hidup masyarakat perkotaan yang lebih konsumtif terhadap barang dan jasa selain makanan pokok.
Kabupaten Badung
Kabupaten Badung menempati posisi kedua setelah Kota Denpasar dalam hal rata-rata pengeluaran per kapita sebulan makanan, dengan nilai Rp1.081.710 pada 2024. Pertumbuhan pengeluaran untuk makanan di Badung sangat tinggi, mencapai 52,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini dapat dikaitkan dengan sektor pariwisata yang kuat di Badung, di mana banyak wisatawan yang berkontribusi pada peningkatan konsumsi makanan.
Kabupaten Gianyar
Kabupaten Gianyar mencatatkan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan makanan dan bukan makanan sebesar Rp1.940.086 pada 2024. Angka ini menempatkan Gianyar di urutan ketiga se-Bali. Meskipun pertumbuhannya tidak setinggi Badung, yaitu 12,4 persen, pengeluaran total masyarakat Gianyar tetap signifikan, menunjukkan tingkat kesejahteraan yang cukup baik di wilayah ini.
Kabupaten Tabanan
Kabupaten Tabanan menempati urutan keempat dalam rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan di Bali, dengan nilai Rp962.775 pada 2024. Pertumbuhan pengeluaran bukan makanan di Tabanan sangat tinggi, mencapai 69,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan konsumsi masyarakat terhadap barang dan jasa selain makanan, yang mungkin dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan sosial.