Pengeluaran untuk rokok dan tembakau di Kabupaten Lima Puluh Kota mengalami peningkatan pada tahun 2024. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, besar pengeluaran mencapai Rp143.199 per kapita per bulan. Angka ini tumbuh 3,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Jika dibandingkan dengan pengeluaran total masyarakat untuk aneka barang dan jasa sebesar Rp231.774 per kapita per bulan, maka pengeluaran untuk rokok dan tembakau mencapai sekitar 61,8 persen. Sementara, pengeluaran untuk rokok dan tembakau juga lebih kecil dibandingkan rata-rata pengeluaran untuk makanan jadi yang mencapai Rp243.403 per kapita per bulan.
(Baca: Pengeluaran Perkapita Sebulan untuk Makanan dan Minuman Jadi Kota Sukabumi | 2024)
Secara historis, pengeluaran untuk rokok dan tembakau di Kabupaten Lima Puluh Kota cenderung fluktuatif. Dari tahun 2018 hingga 2024, pengeluaran terus mengalami kenaikan. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2021 dengan pertumbuhan 15,1 persen. Setelah itu, pertumbuhan mulai melambat hingga tahun terakhir.
Pada tahun 2024, Kabupaten Lima Puluh Kota berada di urutan ke-10 untuk pengeluaran rokok dan tembakau di antara kabupaten/kota se-Sumatera Barat. Peringkat ini tidak berubah dibandingkan tahun sebelumnya. Secara nasional, Kabupaten Lima Puluh Kota berada di urutan ke-173.
Di Sumatera Barat, Kota Padang Panjang mencatat pengeluaran tertinggi untuk rokok dan tembakau, yaitu Rp225.034 per kapita per bulan. Kabupaten Kepulauan Mentawai berada di urutan kedua dengan Rp190.843. Pertumbuhan tertinggi dialami Kota Padang Panjang sebesar 57,8 persen, sementara Kabupaten Kepulauan Mentawai hanya 9,6 persen.
(Baca: Rata-Rata Pengeluaran Perkapita Sebulan di Papua 2015 - 2024)
Kota Padang
Kota Padang menunjukkan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan sebesar Rp1.051.706 pada tahun 2024, meningkat 2,1 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp1.029.987,4. Peringkat Kota Padang dalam pengeluaran bukan makanan adalah 1 di antara kabupaten/kota di Sumatera Barat. Namun, untuk pengeluaran makanan dan bukan makanan, terjadi penurunan kecil turun 0,4 persen.
Kota Bukit Tinggi
Pengeluaran untuk kategori makanan mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 20,4 persen, dari Rp752.843,96 menjadi Rp906.613. Sementara itu, untuk makanan dan bukan makanan, terjadi peningkatan sebesar 7,7 persen. Hal ini menempatkan Kota Bukit Tinggi pada peringkat ketiga se-provinsi untuk kedua kategori pengeluaran. Kenaikan ini menandakan adanya perubahan prioritas atau peningkatan daya beli masyarakat di sektor konsumsi makanan.
Kota Padang Panjang
Kota Padang Panjang menunjukkan pertumbuhan luar biasa dalam pengeluaran makanan, melonjak sebesar 63,8 persen menjadi Rp1.239.644. Kenaikan ini menempatkan Kota Padang Panjang sebagai wilayah dengan pengeluaran tertinggi untuk kategori makanan di Sumatera Barat. Peningkatan ini jauh melampaui pertumbuhan pada pengeluaran bukan makanan.
Kota Payakumbuh
Terlihat adanya penurunan signifikan dalam pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan, yaitu turun 13,2 persen. Meskipun demikian, pengeluaran untuk makanan menunjukkan kenaikan sebesar 11,3 persen. Kota Payakumbuh berada di peringkat kelima untuk pengeluaran gabungan makanan dan bukan makanan. Kondisi ini mengindikasikan adanya pergeseran alokasi anggaran rumah tangga di Kota Payakumbuh.