Pandami Covid-19 memberikan dampak terhadap konsumsi masyarakat di berbagai provinsi di Indonesia. Pengeluaran konsumsi masyarakat Bengkulu mengalami kontraksi terdalam secara nasional pada kuartal III-2021.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), komponen produk domestik regional bruto (PDRB) pengeluaran konsumsi rumah tangga di provinsi tersebut mengalami kontraksi 4,4% menjadi Rp 7,42 triliun dibanding kuartal II-2021 (quarter to quarter/q-to-q). Angka tersebut juga lebih dalam dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi nasional yang juga mengalami pertumbuhan negatif 0,18% (q-to-q).
Sektor pertanian yang mengalami kontraksi sebesar 3,16% (q-to-q) berdampak terhadap konsumsi masyarakat Bengkulu. Pasalnya, sektor tersebut berkontribusi sebesar 28,43% terhadap PDRB provinsi tersebut. Selain itu, terpuruknya sektor perdagangan besar dan eceran yang mengalami pertumbuhan negatif 12,41% juga berimbas terhadap konsumsi rumah tangga di provinsi di pesisir Pulau Sumatra tersebut.
Provinsi Kepulauan Riau mengalami kontraksi konsumsi rumah tangga terdalam kedua dengan kontraksi sebesar 3,43% (q-to-q). Diikuti Sulawesi Selatan dengan konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi 2,53% (q-to-q), Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kontraksi 2,51% (q-to-q), DKI Jakarta mengalami kontraksi 2,49% (q-to-q), serta Kalimantan Timur mengalami kontraksi 2,23% (q-to-q).
Provinsi yang konsumsi masyarakatnya mengalami kontraksi terdalam lainnya adalah Kalimantan Timur, yakni sedalam 2,23% (q-to-q). Berikutnya, Kalimantan Selatan dengan konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi 1,79% (q-to-q) dan Jawa Barat 1,63% (q-to-q).
Sementara konsumsi rumah tangga Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Jawa Timur masing-masing mengalami kontraksi 1,33% (q-to-q) dan 1,27% (q-to-q).
(Baca: Konsumsi Rumah Tangga Indonesia Tumbuh 1,03% pada Kuartal III-2021)