Pengeluaran untuk rokok dan tembakau di Kota Depok mencapai Rp164.492 per kapita per bulan pada tahun 2024.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, angka ini meningkat 9 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan tahun 2023 yang mencapai 8,4 persen, namun lebih tinggi dibandingkan penurunan -9.9 persen pada tahun 2021.
(Baca: Data Historis Rata - Rata Upah di Papua Periode 2018-2023)
Jika dibandingkan dengan total pengeluaran per kapita sebulan untuk aneka barang dan jasa sebesar Rp722.426, pengeluaran untuk rokok dan tembakau mencapai 22,7 persen. Persentase ini lebih tinggi dibandingkan pengeluaran untuk kecantikan (9,1 persen) atau perawatan (19,5 persen). Pengeluaran untuk makanan jadi mencapai 58,1 persen dari total pengeluaran.
Secara historis, pengeluaran untuk rokok dan tembakau di Kota Depok mengalami fluktuasi. Tahun 2020 menjadi tahun dengan pertumbuhan tertinggi (16,1 persen), sementara tahun 2021 mengalami penurunan tajam (-9,9 persen). Dalam lima tahun terakhir, pengeluaran tertinggi terjadi pada tahun 2024, menandakan peningkatan konsumsi rokok dan tembakau di kalangan masyarakat Depok.
Pada tahun 2024, Kota Depok berada di peringkat ke-6 untuk pengeluaran rokok dan tembakau di antara kabupaten/kota se-Jawa Barat. Peringkat ini menunjukkan bahwa pengeluaran untuk rokok dan tembakau di Depok cukup tinggi dibandingkan daerah lain di provinsi tersebut. Di tingkat nasional, Kota Depok menduduki peringkat ke-80.
Dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Jawa Barat, Kota Bekasi mencatat pengeluaran tertinggi untuk rokok dan tembakau, yaitu Rp196.516 per kapita per bulan, dengan pertumbuhan 22.3 persen. Kota Bandung berada di urutan kedua dengan Rp178.884 dan pertumbuhan 10.8 persen. Kabupaten Subang berada di posisi ketiga dengan Rp172.481, mencatatkan pertumbuhan 11.1 persen. Kabupaten Karawang berada di posisi keempat dengan Rp167.922 dan pertumbuhan 7.3 persen. Kabupaten Indramayu berada di posisi kelima dengan Rp167.146 namun mengalami penurunan -1.2 persen.
(Baca: Luas Tanaman Kelapa Periode 2013-2024)
Kota Bekasi
Pada tahun 2024, rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan dan bukan makanan di Kota Bekasi mencapai Rp3.132.705, tumbuh 21,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pengeluaran untuk bukan makanan mencapai Rp1.908.316, meningkat 22.4 persen, menempatkan Kota Bekasi pada peringkat pertama di Jawa Barat. Rata-rata pengeluaran untuk makanan mencapai Rp1.224.388, tumbuh 21.3 persen dan menempati peringkat pertama di Jawa Barat.
Kota Bogor
Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan dan bukan makanan di Kota Bogor mencapai Rp2.470.586 pada tahun 2024, menunjukkan pertumbuhan signifikan sebesar 37.9 persen. Data dari BPS menunjukkan pengeluaran untuk bukan makanan mencapai Rp1.561.420, tumbuh 50.1 persen dan menempati peringkat kedua di Jawa Barat. Sementara itu, pengeluaran untuk makanan mencapai Rp909.166, tumbuh 21 persen dan menempati peringkat kelima di Jawa Barat.
Kota Bandung
Pada tahun 2024, Kota Bandung mencatatkan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan dan bukan makanan sebesar Rp2.378.240, meningkat 14.4 persen dari tahun sebelumnya. Pengeluaran untuk bukan makanan mencapai Rp1.382.176, tumbuh 12.2 persen dan menempati peringkat ketiga di Jawa Barat. Pengeluaran untuk makanan mencapai Rp996.064, tumbuh 17.7 persen dan menempati peringkat kedua di Jawa Barat, informasi ini seperti data yang diolah dari data Susenas.
Kota Cimahi
Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan dan bukan makanan di Kota Cimahi pada tahun 2024 tercatat sebesar Rp2.166.375, meningkat 13.5 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pengeluaran untuk bukan makanan mencapai Rp1.241.001, tumbuh 14.3 persen dan menempati peringkat keempat di Jawa Barat. Pengeluaran untuk makanan mencapai Rp925.374, tumbuh 12.3 persen dan menempati peringkat keempat di Jawa Barat, informasi ini seperti data yang diolah dari data Susenas.