Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, besar pengeluaran untuk rokok dan tembakau di Kabupaten Bangka Tengah pada tahun 2024 mencapai Rp178.513 per kapita per bulan. Angka ini mengalami penurunan sebesar 13,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Secara persentase, pengeluaran untuk rokok dan tembakau ini merupakan bagian dari rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk aneka barang jasa yang mencapai Rp2.334.046. Jika dirinci lebih lanjut, pengeluaran untuk rokok dan tembakau lebih rendah dibandingkan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan jadi sebesar Rp208.816, namun jauh di atas pengeluaran untuk kecantikan yang hanya Rp31.020.
(Baca: Pengeluaran Perkapita Sebulan untuk Aneka Barang dan Jasa Kab. Indragiri Hilir | 2024)
Secara historis, pengeluaran untuk rokok dan tembakau di Kabupaten Bangka Tengah menunjukkan fluktuasi. Pada tahun 2018, angka ini tercatat sebesar Rp141.641, kemudian meningkat signifikan pada tahun 2019 menjadi Rp170.848 atau naik 20,6 persen. Sempat sedikit turun pada tahun 2020, pengeluaran ini kembali meningkat tajam pada tahun 2022 menjadi Rp204.730 dan mencapai pengeluaran tertinggi pada tahun 2023 sebesar Rp206.733. Penurunan yang terjadi pada tahun 2024 ini menjadi anomali setelah beberapa tahun mengalami tren kenaikan.
Pengeluaran masyarakat Kabupaten Bangka Tengah secara keseluruhan menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan dan bukan makanan meningkat dari Rp1.513.756 pada tahun sebelumnya menjadi Rp1.603.538 pada tahun 2024. Hal ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat secara umum mengalami peningkatan.
Dalam perbandingan dengan wilayah lain di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Kabupaten Bangka Tengah berada di urutan ke-6 dalam hal besar pengeluaran untuk rokok dan tembakau pada tahun 2024. Kabupaten Belitung Timur mencatatkan angka tertinggi dengan Rp258.544 per kapita per bulan, sementara Kabupaten Bangka berada di urutan terakhir dengan Rp175.736. Secara nasional, Kabupaten Bangka Tengah menempati peringkat ke-47.
Berdasarkan data perbandingan dengan kabupaten/kota lain di provinsi yang sama, Kabupaten Belitung Timur mencatat pertumbuhan tertinggi dalam pengeluaran untuk rokok dan tembakau, yaitu sebesar 9,6 persen. Sementara itu, Kabupaten Belitung mengalami penurunan sebesar 4,7 persen. Kota Pangkal Pinang dan Kabupaten Bangka Barat mencatatkan pertumbuhan yang sama, yaitu sebesar 5,9 persen.
(Baca: PDRB ADHB di Kabupaten Seram Bagian Barat Menurut Sektor pada 2024)
Kota Pangkal Pinang
Kota Pangkal Pinang mencatatkan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan tertinggi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2024, yaitu sebesar Rp1.294.666. Angka ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 18,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan yang tinggi ini menempatkan Kota Pangkal Pinang pada peringkat pertama dalam hal pengeluaran bukan makanan di antara kabupaten/kota lainnya di provinsi tersebut.
Kabupaten Belitung
Kabupaten Belitung mencatatkan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan makanan dan bukan makanan sebesar Rp1.985.933 pada tahun 2024. Dengan pertumbuhan sebesar 11,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya, Belitung menempati peringkat ketiga se-provinsi. Angka ini menunjukkan bahwa masyarakat Belitung memiliki daya beli yang cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan makanan dan non-makanan.
Kabupaten Belitung Timur
Kabupaten Belitung Timur mencatatkan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan sebesar Rp1.002.638 pada tahun 2024, hanya mengalami sedikit peningkatan 0,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Meski demikian, angka ini menempatkan Kabupaten Belitung Timur pada peringkat kedua tertinggi se-provinsi, menunjukkan konsistensi dalam kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Kabupaten Bangka
Kabupaten Bangka mencatatkan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan sebesar Rp798.997 pada tahun 2024. Dengan pertumbuhan 19,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya, Kabupaten Bangka menempati peringkat ke-4 se-provinsi. Pertumbuhan signifikan ini menunjukkan peningkatan daya beli masyarakat untuk memenuhi kebutuhan di luar makanan.