Pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi di Kota Blitar pada tahun 2024 tercatat sebesar Rp294.100 per kapita per bulan, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Nilai ini mengalami penurunan sebesar 4.8% dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun demikian, pengeluaran ini masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata pengeluaran selama lima tahun terakhir (2018-2022) yang berada di kisaran Rp277.745.
(Baca: PDRB ADHB Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Periode 2013-2024)
Pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi ini merupakan bagian dari pengeluaran total per kapita sebulan warga Kota Blitar. Jika dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk aneka barang jasa sebesar Rp262.733, pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi memiliki porsi yang cukup signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi makanan dan minuman jadi masih menjadi prioritas bagi masyarakat Kota Blitar.
Di tingkat Provinsi Jawa Timur, Kota Blitar menduduki peringkat ke-7 untuk pengeluaran makanan dan minuman jadi. Peringkat ini masih sama dengan tahun sebelumnya. Sementara di tingkat nasional, Kota Blitar berada di peringkat ke-66. Kota Surabaya masih menduduki peringkat pertama di Jawa Timur dengan pengeluaran sebesar Rp400.939.
Beberapa kabupaten/kota lain di Jawa Timur juga menunjukkan angka pengeluaran yang signifikan. Kota Surabaya mencatatkan pengeluaran tertinggi dengan pertumbuhan 14.5%. Kota Madiun, meskipun berada di peringkat kedua, mengalami penurunan sebesar 3.8%. Kabupaten Gresik mencatat pengeluaran Rp323.668 dengan pertumbuhan 0.7%. Kota Pasuruan memiliki nilai Rp308.066, tumbuh 3.1%. Kota Kediri mencatat pertumbuhan tertinggi kedua setelah Surabaya yaitu 8.6% dengan nilai Rp303.435.
(Baca: Jumlah Penduduk dan Persentase Kemiskinan di Kabupaten Bireuen Periode 2004 - 2024)
Kota Surabaya
Kota Surabaya mencatatkan pengeluaran bukan makanan tertinggi di Jawa Timur dengan nilai Rp1.541.006 dan pertumbuhan 34%. Hal ini menunjukkan bahwa warga Surabaya memiliki kemampuan ekonomi yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan selain makanan. Namun demikian, pengeluaran untuk makanan juga menjadi yang tertinggi.
Kota Malang
Kota Malang menunjukkan pengeluaran bukan makanan sebesar Rp1.216.228 dengan pertumbuhan 4.5%. Meskipun lebih rendah dari Surabaya, angka ini tetap menunjukkan tingkat konsumsi non-makanan yang tinggi. Pengeluaran ini menjadikan Kota Malang menduduki peringkat kedua tertinggi di Jawa Timur.
Kota Madiun
Kota Madiun mencatatkan pengeluaran bukan makanan sebesar Rp1.192.091. Pertumbuhan yang signifikan sebesar 15.3% menunjukkan peningkatan kesejahteraan masyarakat Kota Madiun dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan non-makanan. Peringkat Kota Madiun adalah ketiga tertinggi di Jawa Timur untuk kategori pengeluaran bukan makanan.
Kabupaten Sidoarjo
Kabupaten Sidoarjo mencatatkan pengeluaran bukan makanan sebesar Rp1.077.404. Dengan pertumbuhan yang kuat sebesar 14.7%, Kabupaten Sidoarjo menunjukkan peningkatan signifikan dalam daya beli masyarakat untuk kebutuhan di luar makanan. Kabupaten Sidoarjo menduduki peringkat keempat untuk pengeluaran bukan makanan di antara kabupaten/kota se Jawa Timur.