- A Font Kecil
- A Font Sedang
- A Font Besar
International Monetary Fund (IMF) mencatat PDB Paritas Daya Beli (PPP) Filipina pada 2024 sebesar 19.36 Unit. Angka ini menunjukkan peningkatan tipis dibandingkan tahun 2023 yang sebesar 19.26 Unit, namun masih di bawah capaian tahun 2018 yang mencapai 19.96 Unit. Pertumbuhan PDB PPP Filipina tahun 2024 tercatat sebesar 0.49%, lebih rendah dari pertumbuhan tahun sebelumnya yang mencapai 0.96%.
Dalam tiga tahun terakhir (2022-2024), PDB PPP Filipina menunjukkan pemulihan yang lambat. Sempat terkontraksi pada tahun 2022 turun 1.53%, kemudian tumbuh 0.96% pada tahun 2023, dan kembali melambat menjadi 0.49% pada tahun 2024. Rata-rata pertumbuhan PDB PPP Filipina dalam tiga tahun terakhir adalah -0.03%.
(Baca: PDB Menurut Daya Beli di Amerika Serikat 2024)
Satuan unit dalam data yang disajikan di artikel ini merupakan hasil perhitungan IMF atas nilai PDB harga berlaku mata uang nasional Filipina terhadap dolar internasional. Dalam Publikasinya, IMF menyebutkan perhitungan digunakan untuk tujuan penyusunan komposit kelompok negara. Data yang dihasilkan ini dikatakan bukan sebagai sumber utama penyajian data paritas daya beli (PPP).
Jika dibandingkan dengan lima tahun terakhir (2020-2024), rata-rata pertumbuhan PDB PPP Filipina adalah -0.304%. Ini menunjukkan bahwa kinerja PDB PPP Filipina dalam tiga tahun terakhir sedikit lebih baik dibandingkan dengan lima tahun terakhir.
Kenaikan tertinggi PDB PPP Filipina dalam sepuluh tahun terakhir terjadi pada tahun 2018 dengan pertumbuhan sebesar 1.35%. Sementara penurunan terendah terjadi pada tahun 2022 dengan kontraksi turun 1.53%. Terjadinya kontraksi pada tahun 2022 merupakan anomali jika dibandingkan dengan tren pertumbuhan sebelumnya.
Secara regional, IMF menempatkan Filipina pada peringkat ke-6 di antara negara-negara ASEAN dalam hal PDB PPP pada tahun 2024. Peringkat ini tidak berubah dari tahun-tahun sebelumnya.
(Baca: Pengeluaran Perkapita Sebulan Besar untuk Rokok dan Tembakau Kab. Tegal | 2024)
IMF memproyeksikan PDB PPP Filipina akan kembali mengalami kontraksi turun 0.47% pada tahun 2025, dengan nilai proyeksi sebesar 19.266 Unit. Kontraksi ini mengindikasikan penurunan aktivitas ekonomi yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kebijakan pemerintah, kondisi global, atau faktor internal lainnya. Setelah tahun 2025, IMF memproyeksikan pertumbuhan positif namun moderat hingga tahun 2030.
Di antara negara-negara ASEAN, Laos mencatat pertumbuhan PDB PPP tertinggi pada tahun 2024, yakni sebesar 14.36%. Sementara itu, Vietnam menempati peringkat pertama dalam hal nilai PDB PPP harga berlaku.