Pengeluaran untuk perawatan kulit di Kota Metro, Lampung, menunjukkan angka Rp75.392 per kapita per bulan pada tahun 2024, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS). Angka ini tumbuh 6,2% dibandingkan tahun sebelumnya.
Jika dibandingkan dengan pengeluaran total masyarakat Kota Metro, porsi untuk perawatan kulit relatif kecil. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk aneka barang dan jasa mencapai Rp332.088, sementara untuk makanan jadi Rp258.636. Pengeluaran untuk perawatan kulit lebih besar dari pengeluaran untuk kecantikan (Rp48.312) dan sabun mandi (Rp65.440), namun lebih rendah dari rokok dan tembakau (Rp129.647).
(Baca: Statistik NPL Bank Umum bukan Lapangan Usaha Rumah Tangga - untuk Pemilikan Rumah Tinggal Periode 2015-2025)
Secara historis, pengeluaran untuk perawatan kulit di Kota Metro fluktuatif dalam tujuh tahun terakhir. Dari 2018 hingga 2024, terlihat adanya penurunan signifikan pada 2019, kemudian kembali naik dan sedikit turun di 2022. Tahun 2024 menunjukkan adanya pertumbuhan positif. Pengeluaran tertinggi tercatat pada 2018 sebesar Rp79.331. Anomali terjadi pada tahun 2019, yang mana menjadi angka terendah dalam periode tersebut.
Pengeluaran masyarakat Kota Metro secara umum menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan mencapai 17,4%. Ini menunjukkan peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka.
Dalam peringkat pengeluaran untuk perawatan kulit di Provinsi Lampung pada tahun 2024, Kota Metro berada di urutan kedua, di bawah Kota Bandar Lampung. Secara nasional, Kota Metro berada di peringkat 119. Untuk wilayah pulau Sumatera, Kota Metro berada di peringkat 18.
(Baca: Pengeluaran Perkapita Sebulan untuk Kecantikan Kab. Tanah Bumbu | 2024)
BPS mencatat, konsumsi bukan makanan di Kota Metro menduduki urutan keempat. Data menunjukkan bahwa konsumsi bukan makanan mengalami pertumbuhan yang signifikan, mengindikasikan adanya peningkatan kesejahteraan dan perubahan prioritas pengeluaran masyarakat.
Dibandingkan rata-rata tiga tahun terakhir (2021-2023) sebesar Rp66.580, pengeluaran tahun 2024 lebih tinggi. Namun, jika dibandingkan rata-rata lima tahun terakhir (2019-2023) sebesar Rp62.466, pengeluaran di tahun 2024 juga masih lebih tinggi. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2020 sebesar 29.9%. Sementara angka terendah terjadi pada tahun 2019 dengan -43.5%.
Di antara kabupaten/kota lain di Lampung, Kota Bandar Lampung mencatatkan pengeluaran untuk perawatan kulit tertinggi di 2024, yaitu Rp76.208, namun mengalami penurunan -5.3%. Kabupaten Pesisir Barat mengalami pertumbuhan tinggi sebesar 52.6% dengan nilai Rp62.818. Kabupaten Lampung Tengah sebesar Rp49.031 atau tumbuh 12.2%. Kabupaten Lampung Selatan memiliki nilai Rp46.966 atau turun 4.1% dan Kabupaten Mesuji sebesar Rp45.753 atau turun 14.7%.
Kota Bandar Lampung
BPS mencatat pengeluaran rata-rata per kapita sebulan untuk bukan makanan di Kota Bandar Lampung pada tahun 2024 adalah Rp975.428, mengalami pertumbuhan 6.3% dibandingkan tahun sebelumnya. Angka ini menempatkan Kota Bandar Lampung pada peringkat pertama se-Provinsi Lampung, menunjukkan konsumsi masyarakat untuk kebutuhan selain makanan yang tinggi.
Kabupaten Pesisir Barat
Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan di Kabupaten Pesisir Barat pada tahun 2024 adalah Rp822.116, meningkat tajam sebesar 51.2% dibandingkan tahun sebelumnya. Kabupaten ini menduduki peringkat pertama se-Provinsi Lampung dalam kategori ini. Hal ini menggambarkan peningkatan konsumsi masyarakat terhadap makanan.
Kabupaten Way Kanan
Pengeluaran rata-rata per kapita sebulan untuk makanan dan bukan makanan di Kabupaten Way Kanan pada tahun 2024 adalah Rp1.187.972, menunjukkan pertumbuhan signifikan sebesar 17% dibandingkan tahun sebelumnya. Kabupaten ini berada di peringkat ketiga se-Provinsi Lampung, mencerminkan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kabupaten Lampung Tengah
Data BPS menunjukkan pengeluaran rata-rata per kapita sebulan untuk bukan makanan di Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2024 adalah Rp517.584, meningkat sebesar 17.4% dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan peringkat kelima se-Provinsi Lampung, ini mengindikasikan peningkatan konsumsi masyarakat untuk kebutuhan selain makanan di kabupaten tersebut.