PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (Bank BJB) membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik senilai Rp 1,42 triliun hingga kuartal III-2021. Laba tersebut naik 18,22% dibanding pencapaian kuartal III-2020 yang senilai Rp 1,2 triliun. Perolehan laba bersih sepanjang periode Januari-September 2021 ini juga merupakan yang terbesar dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Tumbuhnya laba emiten yang memiliki kode perdagangan BJBR tersebut ditopang oleh meningkatnya pendapatan bunga bersih sebesar 5,8% menjadi Rp 9,76 triliun sepanjang periode Januari-September 2021 dibanding periode yang sama tahun lalu. Di sisi lain, beban bunga justru turun 8,57% menjadi Rp 4,09 triliun pada 9 bulan pertama 2021 dari periode yang sama pada tahun lalu.
Aset Bank BJB sepanjang periode Januari-September 2021 juga tumbuh 13% menjadi Rp 159,26 triliun dibading posisi akhir 2020. Tumbuhnya aset tersebut didorong oleh naiknya ekutias sebesar 3,3% menjadi Rp 12,35 triliun dan kewajiban yang tumbuh 13,9% menjadi Rp 146,9 triliun.
Meskipun kinerja keuangan Bank BJB menunjukkan pertumbuhan, tetapi harga sahamnya belum banyak bergerak. Harga saham BJBR ditutup di level Rp 1.425 per unit pada perdagangan Rabu, 27 Oktober 2021. Harga saham itu turun 2,23% dibanding posisi akhir Desember 2020. Harga saham Bank BJB sempat mencapai level tertingginya di Rp 1.655 per unit pada 15 Januari tahun ini.
Pemegang saham terbesar Bank BJB adalah Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yakni mencapai 38,18%. Sebanyak 24,03% saham BJBR dimiliki Pemerintah Kabupaten/Kota se-Jawa Barat, terdapat 5,29% dimiliki Pemerintah Provinsi Banten, dan 7,87% dimiliki Pemerintah Kabupaten/Kota se-Banten. Sedangkan, sebanyak 24,64 saham Bank BJB dimiliki oleh masyarakat.
(Baca: Mandiri Pimpin Perolehan Laba Bank BUMN pada Semester I-2021)