Keputusan Bank sentral Amerika Serikat (Federal reserve/The Fed) yang menaikkan suku bunga acuannya guna meredam inflasi telah memicu penguatan dolar.
Naiknya suku bunga dolar AS membuat mata uang Negeri Paman Sam saat ini menjadi safe heaven (tempat memarkirkan dana investasi yang aman). Investasi dalam mata uang dolar AS kini menjadi incaran para investor global. Salah satunya adalah surat utang Pemerintah AS (US Treasury Bills).
Surat Utang Pemerintah AS atau US Treasury Note dengan tenor 2 tahun telah berada di level 4,32%. Angka tersebut naik 358,6 basis points (bps) dibanding posisi akhir tahun lalu (year to date/ytd). Hal ini yang membuat investor global lebih memilih menempatkan investasi dalam mata uang dolar AS dan membuat mata uang dunia melemah.
Berdasarkan data Asia Bonds Online, mata uang kip Laos merupakan mata uang negara kawasan Asia Pasifik yang paling terkena dampak apresiasi dolar AS. Hingga 10 Oktober 2022, kip Laos telah melemah 33,14% ke level 16.746,86 per dolar AS dari posisi akhir tahun lalu. Artinya, mata uang negara tersebut telah tergerus sekitar sepertiga sepanjang tahun ini (year to date/ytd).
Mata uang Asia lainnya yang mengalami pelemahan terdalam berikutnya adalah yen Jepang, yakni sebesar 21,03% ke level 145,72 per dolar AS. Diikuti won Korea Selatan yang juga terkoreksi 16,61% menjadi 1.426,84 per dolar AS.
Demikian pula nilai tukar mata uang rupiah Indonesia juga melemah 6,89% ke level Rp15.318 per dolar AS. Di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) nilai tukar rupiah ditransaksikan di atas level psikologis Rp15.000 per dolar AS sejak 21 September 2022.
Sementara, dolar Hong Kong merupakan mata uang negara Asia Pasifik yang mengalami tekanan terkecil terhadap dolar AS, yaitu hanya melemah 0,68% ke level 7,85%. Setelahnya ada riel Kamboja yang hanya melemah 1,29%.
(Baca: Dolar AS Makin Primadona, Rupiah Ditransaksikan di Atas Rp15.000 Sejak 21 September 2022)