Untuk sementara, data ini tidak dapat ditampilkan. Kami sedang berusaha
memperbaikinya.
Sumber
Sumber
Mohon maaf, telah terjadi kesalahan
Untuk sementara, data ini tidak dapat ditampilkan. Kami sedang berusaha
memperbaikinya.
A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar
Terapresiasinya mata uang Asia mampu menopang pergerakan rupiah di akhir pekan ini. Alhasil, nilai tukar rupiah pada perdagangan Jumat (29/6) hingga pukul 14:20 WIB berhasil menguat tipis Rp 34 ke level 14.360/dolar Amerika Serikat (AS) dari penutupan sehari sebelumnya di Rp 14.384/dolar AS. Namun, jika dibanding posisi akhir 2017, nilai tukar rupiah telah melemah 6,19%.
Sentimen negatif dari faktor global dan domestik membuat nilai tukar memelah. Dari faktor eksternal dampak dari adanya kekhawatiran pasar terhadap perang dagang Amerika dengan Tiongkok serta potensi kenaikan suku bunga The Fed membuat dolar AS cenderung terapresiasi terhadap mata uang utama dunia maupun mata uang regional. Dampaknya, nilai tukar rupiah terpuruk ke level terendahnya sejak 7 Oktober 2015. Di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) nilai tukar rupiah bahkan telah mencapai Rp 14.404/dolar AS. Untuk transaksi Non Deliverable Forward (NDF) tiga bulan ke depan, nilai tukar rupiah telah ditransaksikan di level Rp 14.560/dolar AS.
Dari faktor domestik, defisit neraca perdagangan yang mencapai US$ 2,83 miliar hingga Mei 2018 serta defisit neraca transaksi berjalan US$ 5,5 miliar hingga triwulan I membuat pasokan dolar AS di dalam negeri minim. Disisi lain, keluarnya dana asing dari pasar modal dan obligasi membuat permintaan dolar AS tinggi. Ini yang membuat rupiah melemah cukup dalam.