Kecemasan investor global terhadap kondisi geopolitik di Rusia dan Ukraina, ditambah ancaman kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) memicu kejatuhan mata uang kripto, termasuk Bitcoin (BTC).
Ketegangan antara Rusia dan Ukraina yang menemui kebuntuan memunculkan kekhawatiran para investor terhadap aset-aset yang berisiko tinggi seperti uang kripto.
Perkiraan The Fed yang akan mengetatkan kebijakan moneternya secara agresif untuk memerangi inflasi juga turut memicu tekanan jual pada mata uang digital.
Dari laman Coinbase, pasar uang kripto secara umum turun 6,67% dalam 24 jam terakhir. Bitcoin, yang merupakan mata uang kripto acuan ditransaksikan terjun 7% ke level Rp584,32 juta per koin pada perdagangan Jumat, 18 Februari 2022, hingga pukul 10:33 WIB.
(Baca: Inilah 10 Mata Uang Kripto dengan Kapitalisasi Pasar Terbesar)
Terra memimpin kejatuhan harga mata uang kripto berkapitalisasi besar. Uang digital dengan kode perdagangan LUNA hari ini ditransaksikan merosot 8,75% menjadi Rp729,71 ribu per koin.
Uang kripto berkapitalisasi besar lainnya yang mencatat penurunan terbesar adalah Avalanche (AVAX), yakni sebesar 6,84% menjadi Rp1,29 juta per koin. Berikutnya, harga Ethereum (ETH) terkoreksi 6% menjadi Rp41,78 juta per koin, XRP (XRP) turun 5,47% ke posisi Rp11,25 ribu per koin.
Setelahnya ada Solana (SOL) yang terkoreksi sebesar 5,36% menjadi Rp1,35 juta per koin. Terdapat pula Binance Coin (BNB) yang turun 5,16% menjadi Rp5,79 juta per koin.
Dogecoin (DOGE) merosot 4,99% menjadi Rp2,02 ribu per koin, serta Cardano (ADA) turun 4,98% menjadi Rp14,77 ribu per koin. Sedangkan Tether (USDT) mampu membukukan kenaikan tipis 0,39% menjadi Rp14,36 ribu per koin.
(Baca: Berinvestasi Uang Kripto Berisiko Tinggi, Ini Buktinya!)